Saturday, June 10, 2006

Bagian ke 2
Pencapaian Minimal
Pendidikan Indonesia Menjelang 2020
Tatanan Hidup Dalam Zone of Peace and Democracy
Oleh : Dr. AS. Panji Gumilang

Pelaku Didik (Guru)

Prof. Mahmud Yunus dalam buku panduan pendidik (al-Tarbiya wa al-Ta'lim) pernah mengatakan bahwa sistema maupun metode lebih penting dari pada materi ajar, namun guru dan pendidik lebih penting dari keduannya. Tidak siapapun yang mengerti pendidikan meletakkan guru sebagai unsur pendidikan yang tidak bermakna, dari zaman ke zaman guru menjadi pemegang peranan terpenting dalam proses pendidikan. Guru dapat mengantar suasana belajar menjadi favorable.

Guru mesti dihargai dan dihormati dalam arti seluas-luasnya. Namun dalam menetapkan guru sebagai pelaku didik harus melalui proses seleksi yang jelas, berdasarkan cita-cita dan tujuan pendidikan. Sebab, kalau tidak, dari guru juga akan dapat menciptakan berbagai aktifitas yang kotra-produktif terhadap makna dan tujuan pendidikan. Berbagai kejadian sering kita temukan dalam pengalaman mendidik keseharian dalam sekolah maupun kelas.

Guru dalam kegiatannya sebagai pelaku didik, akan meningkatkan kualitasnya jika selalu tampil sebagai the facilitator dalam elemen dasar action learning, pada pembimbingan tim (group peserta didik) dalam menghadapi problem belajar, menciptakan tim yang mampu bertanya dan berproses merefleksi problem, memfasilitasi tim untuk memiliki kebulatan tekad (resolusi) mengambil tindakan, dan memfasilitasi team agar selalu memiliki komitmen belajar yang tinggi.

Belakangan ini, di zaman kebebasan dan reformasi, guru justru dapat menciptakan suasana kontraproduktif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Guru dapat menciptakan libur total pada hari-hari yang mestinya untuk belajar, hanya karena dorongan kebebasan menyampaikan pendapat berbentuk demonstrasi yang memakan waktu lama dan melibatkan seluruh guru dan murid dari segala lapisan yang ada dalam satu wilayah pemerintahan daerah.

Biasanya guru, dalam memecahkan problem, selalu tampil dengan metode pendidikan yang elegan, baik berupa tekanan maupun dukungan terhadap orang lain yang dihadapi, namun kenyataan yang berjalan di sbuah wilayah daerah di Indonesia yang sedang terjadi adalah memogokan proses belajar mengajar, bahkan mendapat dukungan dari berbagai pihak yang mestinya ikut menyelesaikan persoalan yang sedang terjadi. Semoga semua itu dapat dijadikan pelajaran bagi semua pihak, dan "peradaban" The end justifies the means tidak merasuk ke dalam tataran kehidupan unsure poko pengemban pendidikan.
Keseimbangan Dana

Dalam menghadapi Indonesia modern, tuntuan masyarakat terhadap pemerintah semakin meningkat, dalam bentuk peningkatan anggaran pendidikan yang disediakan pemerintah harus setinggi mungkin. Namun jika itu dilaksanakan juga, akan menjadi satu dilema. Sebab untuk memenuhi anggaran belanja dan pendapatan pemerintah belum siap memerintah tanpa utang luar negeri. Itu artinya semakin ditingkatkan berbagai macam anggaran perbelanjaan, semakin membengkak jumlah hutang yang akan ditanggung oleh rakyat, dan semakin dalam jurang kemiskinan rakyat Indonesia.

Sedangkan membangun pendidikan Indonesia modern wajib kita tempu, oleh karenanya kita sebagai bangsa harus mencari dan menemukan jalan keluar yang rasional dan humanis. Masih banyak jalan keluar sebagai solusi problem tersebut. Berpikir dan berusaha untuk kemajuan pendidikan Indonesia modern tidak boleh berhenti. Seluruh masyarakat Indonesia untuk perkara pendidikan ini akan memiliki pemikiran yang sama bahwa pendidikan Indonesia modern pasti terlaksana, kini dan seterusnya, sebab jika tidak, akan menjadi tidak bermakna berbangsa dan bernegara ini, atau akan terkucil bahkan sirna dari peredaran bangsa-bangsa didunia ini.

Seperti telah diuraikan, bahwa anggaran pendidikan Indonesia harus ditingkatkan. Untuk peningkatan itu, peta sikap bangsa ini tergambar seperti berikut : Pemerintah akan mau meningkatkan, namun resikonya bangsa menanggung beban utang luar negeri, karena pola pemerintahan Indonesia adalah ditakdirkan sebagai pola pengutang.

Selanjutnya rakyat Indonesia pun terbagi menjadi berbagai sikap. Ada yang bersikap seegala sesuatu mborongkerso apa yang telah disikapi oleh pemerintah, dana ada pula yang bersikap segala sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah selalu tidak cocok bagi pemikirannya, namun tidak pernah menampilkan jalan keluar, atau jalan keluarnya hanya berbentuk kritik dan kritik, yang kalau kritiknya itu diserahkan kepadanya untuk melaksanakannya in action juga tidak dapat dilakukannya.

Namun pasti ada sekelompok bangsa Indonesia yang sanggup dan dapat berbuat menggabungkan dua kelompok yang berbeda dalam menghadapi problem pendanaan pendidikan Indonesia modern yang dicita-citakan bersama tersebut. Yakni menyeimbangkan anggaran pendapatan dan belanja pendidikan yang seimbang, yang tidak menyerahkan kepada utang luar negeri saja, tapi juga tidak hanya terus-menerus menekan pemerintah untuk menaikan anggaran pendidikan dengan tidak mau tahu apa yang diperbuatnya.

Tokoh bangsa Indonesia dalam soal pendidikan ini telah memberi nasihat kepda bangsanya agar mampu tampil : Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tutwuri handayani (Ki Hajar Dewantoro). Nasihat ini sepertinya diartikan dalam ruang lingkup sempit oleh bangsa Indonesia. Biasanya hanya dipergunakan dalam urusan guru, bahkan lebih sempit lagi untuk guru yang sedang mengajar di kelas.

Padahal kalau kita semua mencerna secara mendalam redaksi nasihat itu, cankupannya amat-sangat luas. Termasuk juga dalam urusan mencipta, mengerak, dan menata segala sesuatu yang berkenaan dengan urusan pendanaan pendidikan. Menciptakan dan penuh kemandirian, menggerakkkan dana pendidikan pada gerakan yang sihat dan tepat, dan menata serta me-manage dana pendidikan secara jujur dan tepat sasaran.

Di Indonesia ini bangsanya pasti masih banyak yang miskin tapi tidak sediki jumlah orang kayanya, dan banyak juga warga bangsanya yang memiliki jiwa mandiri dan bebas yang penuh semangat entrepreneurship. Jika ketiga-tiganya ini diseimbangkan dalam satu ikatan kebersamaan menghadapi problem pendidikan Indonesia modern, pasti akan dahsyat hasilnya.

Kepada kelompok bebas, mandiri, dan berjiwa entrepreneurship mari, kita mulai melangkah memberi keberpihakan berupa pertolongan yang real bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang masih tergolng miskin agar mereka selamat dan terbebas dari kobodohan, sebab jika itu tidak dapat dengan segera kita lakukan, sebagian kecil orang kaya Indonesia juga menjadi tidak selamat. John F. Kennedy pernah mngingatkan bangsanya : "Jika kelompok masyarakat bebas tidak dapat menolong sebagian besar orang miskin, maka mereka pun tidak dapat menyelamatkan sebagian kecil orang kaya".

Kita masih berkeyakinan dapat menjalankan berbagai pesan tokoh kemanusiaan yang telah disampaikan tadi, sekalipun kita bergelimang hidup di tengah-tengah zaman Indonesia yang serba nyungsang, yakni zaman, Ing ngarso mangun karso, ing madyo numpuk bondo, tutwuri hanjegali. Kalau dibahasakan dalam bahasa halusnya adalah zaman bid'ah dari pesan leluhurnya yang agung.

Menciptakan Subsidi Silang Pendidikan

Skema subsidi silang ini diciptakan untuk menanggulangi dana pendidikan, dilaksanakan dalam bentuk operasional pendidikan, didapat dari orang berada (kaya) dan diperuntukkan bagi kelompok tidak mampu (miskin). Skema ini diciptakan untuk memosisikan derajat orang kaya dalam posisi terhormat.

Caranya, yayasan (badan usaha pelaksana pedidikan swasta) menyelenggarakan pendidikan untuk orang kaya dengan fasilitas pendidikan yang memadai, sesuai dengan hajat dan selera pengguna pendidikan tersebut. Darinya didapat imbalan jasa penyelenggaraan yang seimbang.

Dari jasa penyelenggaraan yang diperoleh, sebagian (10-20%) diperuntukkan sebagi subsidi penyelenggaraan dan pembangunan pendidikan Indonesia modern di desa-desa miskin. Pelaksanaannya tetap dalam manajemen yayasan tersebut, yakni swasta, agar akselerasinya dapat terlaksana dan jauh dari kesimpang-siuran birokrasi.

Pelaksanaan pendidikan excellent untuk masyarakat kaya tersebut diselenggarakan di berbagai tempat yang dapat dijangkau atau di –kota-kota yang biasanya banyak terdapat orang kaya. Kita yakin 1% dari setiap penduduk kota di Indonesia terdiri dari orang kaya yang mau merespon skema subsidi silang pendidikan tersebut.

Kalau perlu ukuran sekolah yang diselenggarakan untuk keluarga kaya tersebut yang setinggi-tingginya mutu maupun kualitasnya dan juga mewah penampilannya. Toh tidak akan menimbulkan kecemburuan social, sebab dari situ akan turu dana pendidikan bagi keluarga miskin. Ini merupakan salah satu jalan yang dapat menjembatani jauhnya jarak antara masyarakat kaya dan miskin yang bersistem.

Dilaksanakan dengan kesantunan social oleh kaum kaya dan keberadaan social yang dilakukan oleh kaum miskin. Jika ada yayasan yang sanggup melaksanakannya, sangat boleh jadi akan menjadi trend baru yang cukup beradab dalam memecahkan problem pendidikan Indonesia modern yang didambakan oleh warga bangsa Indonesia.

Dengan semangat otonomi daerah, skema subsidi silang pendidikan ini dapat dijadikan model baru industri (industri pendidikan). Para investor akan dapat memasuki domain usaha yang sangat terhormat, yang tidak hanya berorientasi pada profit oriented, namun masuk dalam domain usaha yang profit dan social oriented, terhormat di sisi umat manusia dan terpuji di sisi Tuhan YME. Dan karenannya akan tercipta persaingan sihat dalam penyelenggaraan pendidikan Indonesia modern antara pendidikan yang dilaksanakan oleh swasta bertanggung jawab dan pendidikan negeri yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam mencapai Indonesia kuat.

Jika Indonesia kuat dalam pendidikannya, akan banyak umat manusia yang merasa gembira, banyak Negara yang merasa tenteram, sebab Indonesia adalah bangsa besar, rakyatnya sangat banyak, empat besar penduduk dunia. Jika Indonesia terdidik dengan baik, Indonesia akan menjadi aman, duniapun akan merasakan keamanan yang ditimbulkan oleh keamanan Indonesia. Jika sebaliknya, maka banyak warga dunia yang menjadi was-was bahkan negeri terhadap Indonesia. Alangkah nistanya bila hal yang negative itu terjadi, semoga Tuhan melalui usaha bangsa Indonesia yang sungguh-sungguh, menjauhkan dari hal yang mengerikan itu.

Bagaimana halnya dengan pelaksanaan pendidikan yang mendapat subsidi silang tersebut? Penyelenggaraannya dilaksanakan di sentra-sentra penduduk miskin, sarana prasarananya dibangun dan disediakan selaras dengan ukuran pendidikan modern, yang dapat mengangkat kecerdasan, kesihatan, kemandirian, dan lain-lain persyaratan untuk pendidikan modern, dari tingkat daar samapai menengah atas. Sehingga dalam tempo yang jelas pendidikan di pedesaan, citra kualitasnya dapat dijembatani persamaannya dengan pendidikan yang maju di kota-kota.

Karenannya pendidikan masyarkat miskin (kebanyakan desa) pencapaiannya minimal sampai kepada kelas 12 (berpendidikan normal 12 tahun). Oleh karenanya kerawanan bangsa dalam bentuk kebodohan dan kemiskinan setapak demi setapak dapat dieleminir, yang selanjutnya generasi baru Indonesia akan dapat menguasai kunci untuk menyambut dan membuka masa depan yang menjanjikan.

Citra Pendidikan Indonesia Modern

Pendidikan dan sekolah akan sangat mempengaruhi pada penmbentukan perilaku peserta didik dan jalannya proses pendidikan formal. Karenanya, pendidikan (sekolah) Indonesia modern kini dan mendatang harus selalu up to date dan berkualitas, tidak boleh asal-asalan dalam segala segi. Sekolah Indonesia harus memiliki citra / image sebagaimana image yang dimiliki oleh sekolah berkualitas antar bangsa. Image sekolah yang berkualitas biasanya selalu menampilkan school-image sebagai berikut :

a. School as a factory (sekolah laksana perusahaan). Metafor sekolah laksana perusahaan, menekankan suatu image pada teori pendidikan dan praktek. Metafor perusahaan, Karena sifatnya memproduksi missal, teknik jaringan pemasangan (assembly) dan quality control. Kepala Sekolah sebagai manajer, guru sebagai karyawan dan murid sebagai produk yang harus digerakkan dan dibentuk.

b. School as a hospital (sekolah laksana rumah sihat). Metafor a hospital untuk sekolah adalah dalam membedakan manajemen dan putusan-putusan professional, laksana hospital dalam pengajaran diagnosis perspektif, pengajaran individu dan sederet tes serta pendekatan yang bersifat klinik.

c. School as a log (sekolah laksana log), mengacu kepada bentuk sekolah klasik di mana dasar-dasar yang ditekankan, guru dibri penghormatan dan status yang tinggi, diseleksi secara cermat dan ditunjang dengan materi dan sumber-sumber lainnya.

d. School as family (sekolah laksana keluarga), menunjukkan bahwa murid harus dilayani / diperlakukan sebagai individu yang utuh, seluruh anak didik harus dididik dan mereka tidak dipaksa sebelum mereka siap. Model ini mengasumsikan bahwa hubungan antara guru dan murid adalah paling penting dalam kegiatan pendidikan di sekolah.

e. School as a war zone (sekolah laksana zona perang), metaphor ini menggambarkan antara konflik dan damai dan aksi agresif meruoakan bagian yang diharapkan dalam kehidupan sekolah dan kelas. Kalah dan menang lebih penting dari pada cooperation adan accommodation.

f. School as a knowledge work organization (sekolah sebagai organisasi kerja ilmu pengetahuan). Sekolah sebagai tempat kerja merupakan pandangan yang paling banyak dianut. Dikuatkan dengan adanya berbagai pekerjaan tugas dari sekolah, berupa pekerjaan rumah, pekerjaan kelas, dan pekerjaan lainnya. Karenanya, sekolah sebagai organisasi kerja ilmu pengetahuan. Peserta didik ke depan akan menjadi pekerja ilmu pengetahuan (knowledge workers).

Mencipta / mewujudkan image atau citra pendidikan Indonesia modern seperti yang diurai tadi, merupakan usaha besar yang wajib ditempuh oleh seluruh kekuatan warga bangsa Indonesia tanpa terkecuali, pemerintah, swasta, pemimpin dan rakyat, kaya dan miskin. Dengan image pendidikan seperti itu, maka sekolah dan pendidikan Indonesia modern merupakan proses pendidikan terbukt yang mudah dimasuki dan menerima ide-ide dan konsep-konsep baru yang selalu muncul.

Guru, murid, masyarakat, dan system menjadi terpadu. Sejarah pendidikan Indonesia selama ini belum mempersiapkan siswa untuk berpikir dan bersikap mandiri yang kreatif, seperti image sekolah yang diuraikan di atas. Yang dikembangkan selalu mengarah kepada penguasaan sesuatu yang dipersiapkan untuk menjadi pegawai yang setia dan patuh, bukan pengembangan kecerdasan, kepekaan, dan kesadaran sebagai entrepereneur.

Mari semua itu kita jadikan masa lalu dan kita tinggalkan. Sebab bangsa yang tidak sanggup dan siap meninggalkan masa lalunya, itu merupakan pertanda bahwa bangsa tersebut tidak berkeinginan untuk menampilkan generasi yang kuat, berketahanan fisik, berkecerdasan piker, dan berkecepatan reaksi.

Mari kita tinggalkan paradigma pendidikan Indonesia masa lalu, dan kita persiapkan bangsa ini melalui pendidikan, agar mreka mampu menjadi leader, pemimpin yang sesuai dengan ciri kepe-mimpinan abad ini minimal untuk memimpin dirinya sendiri. Bangsa Indonesia melalui pendidikan Indonesia modern harus mampu mengantarkan generasi produk pendidikan yang bercirikan abad 21.

a. Systems thinker (pemikir system-sistem) yang mampu manggabungkan antara isu, kejadian, dan data secara utuh / terpadu.
b. Change agent (agen perubahan) berkemampuan mengembangkan pemahaman dan memiliki kompeten tinggi dalam menciptakan dan me-manage perubahan (change) bagi kehidupan bangsa agar dapat bertahan hidup.
c. Innovator anda risk taker, yakni pembaruan dan berani mengambil keputusan, terbuka terhadap perspektif yang luas dan kemungkinan-kemungkinan yang esensial dalam menentukan tren dan menggerakkan pilihan.
d. Servan and steward, kemampuan dan berupaya untuk meningkatkan pelayanan kepada yang lain, pendekatan holistic untuk bekerja, memiliki a sense of community dan berkemampuan membuat keputusan bersama.
e. Polychronic coordinator, yang mampu untuk dapat mengoordinasikan banyak hal dalam waktu yang sama yang harus dapat bekerja bersama dengan orang lain.
f. Instructur, Coach and Mentor, yang mampu tampil sebagai pembantu orang lain untuk belajar, menciptakan banyak pendekatan yang beraneka, sebagai instruktur, pelatih dan mentor (penasihat yang bijak).
g. Visionary and Vision Builder, yang mampu membantu membangun visi bangsa / negaranya dan memberi inspiransi bagi segenap lapisan masyarakat yang diposisikan sebagai pelanggan dan kolega.

Ukuran Minimal Pencapaian

Tujuh karakteristik generasi Indonesia produk pendidikan Indonesia modern seperti telah diuraikan itu mesti ada ukuran minimal pencapaiannya dalam waktu tertentu. Untuk itu semua, mari kita buat kesepakatan bersama, dalam mengantar generasi baru Indonesia modern ini minimal untuk kurun waktu 2020 yang menjelang dating besok pagi nan tak terlalu lama lagi. Kalau boleh kesepakatan itu kita namakan Kesepakatan Pencapaian Minimal Pendidikan Indonesia Modern di Tahun 2020, yakni :

1. Menjelang tahun 2020 semua anak Indonesia umur sekolah tanpa kecuali, mesti telah
memasuki sekolah dengan segera.
2. Menjelang tahun 2020 tingkat tamatan SMA menjadi terus bertambah sampai 95%.
3. Menjelang tahun 2020. Pelajar Indonesia tahun ke 4, 8, 12 telah berkemampuan
mendemontrasikan kompetensi mereka dalam berbagai materi subyek yang sangat
menantang, termasuk Bahasa Indonesia, Inggris, Arab, Mandarin, Matematika, Sains,
Sejarah, Geografi. Setiap lembaga pendidikan Indonesia modern dapat menjamin bahwa
setiap pelajar mampu belajar menggunakan pemikiran mereka dengan baik dan telah
dipersiapkan sebagai warga Negara yang bertanggung-jawab, belajar lebih lanjut (further-
learning), sebagai pekerja produktif dalam ekonomi modern.
4. Menjelang tahun 2020, pelajar-pelajar Indonesia modern dapat menjadi The First in the world dalam pencapaian Sains dan Matematik.
5. Menjelang tahun 2020, setiap manusia dewasa Indonesia modern telah melek huruf semua tingkatan, dan terus berproses mencapai / menguasai knowledge dan berabgai skill yang sangat penting, untuk berkompetisi dalam global ekonomi, serta terus bergerak dan berlatih untuk masalah kebaikan dan kebenaran juga tanggung-jawab sebagai warga negara.
6. Menjelang tahun 2020, setiap lembaga pendidikan Indonesia modern harus terbebas dari narkoba, berdisiplin tinggi dalam tatanan lingkungan yang kondusif yang cinta belajar.
7. Semua produk pendidikan Indonesia modern sudah siap masuk dalam tatanan hidup dalam Zone of Peace and Democracy.

Tahun 2020, bukan waktu yang lama, namun juga bukan waktu yang singkat, jika kita berkiprah untuk mencapai ukuran minimal yang kita sepakati itu semua dengan seizing Allah dan amal perbuatan nyata kita, semuanya pasti dapat dicapai.

Atas namamu ya Allah, kami semua berikrar untuk memajukan bangsa dan Negara karunia-Mu, membangun melalui pendidikan, beri kekuatan kepada kami, kepada bangsa Indonesia dan umat manusia semua yang mencintai perjuangan menempuh jalan pendidikan dalam usaha menyebarkan pengetahuan yang Engkau telah contohkan dan anjurkan. Amin.
(Dikutip dari Majalah Berita Indonesia -14/2006). (Lihat Bagian ke 1)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home