Indonesia yang Cerdas, Toleran dan Damai
Oleh : Dr. AS Panji Gumilang
Oleh : Dr. AS Panji Gumilang
Bangsa yang arif akan memilih jalan perbaikan pendidikan secara mutlak bagi bangsanya. Sebab bangsa yang terdidik pasti akan menjadi bangsa yang kaya dan sejahtera, bangsa yang amanah dan terhormat, dan bangsa yang dapat menyumangkan ilmu pengetahuan bagi pencerahan dunia masa depan. Karena mereka sanggup mensyukuri nikmat Tuhan yang selalu diberikan kepadanya. Itulah budaya baru Indonesia yang harus diwujudkan dan itu juga yang kita maksudkan dengan kontra-budaya. Yakni melalui pendidikan kita wujudkan ; Indonesia yang Cerdas, Indonesia yang Toleran, Indonesia Damai, dan Indonesia Cinta Hukum.
Saatnya Indonesia bangkit
Kebangkitan yang dicita-citakan adalah bangkit untuk ikut menata dunia bersama masyarakat lainnya menjuju tercapainya kesejahteraan dan perdamaian dunia. Bangkit menata masyarakat adalah mengerahkan daya dan upaya untuk terus berpikir dan berbuat bagaimana mengembangkan diri dan membawa anggota masyarakat menjadi warga masyarakat menjadi warga masyarakat dunia yang cerdas, dengan kecerdasannya mereka mampu menguasai sains dan teknologi yang terus berkembang maju tanpa berhenti.
Indonesia yang luas daratannya 1.992.570 Km2 (16 besar) berpenduduk sekitar 240 juta jiwa. Dengan petensi ini, kita dapat meletakkan visi untuk Indonesia masa depan agar dapat bangkit, berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah di tataran dunia antar bangsa. Membangkitkan Indonesia dari keterpurukan adalah diterobos mutlak melalui perbaikan kualitas bangsa, tak ada jalan lain hanya melalui peningkatan pendidikan.
Jumlah sumber daya insani yang harus mendapatkan perhatian serius ternyata sangat signifikan jumlahnya, mencapai hampir 65 (Persentase pembagian umur (sensus 1990): 0-14=36,6% ; 15-29=28,3%; 30-44=18,1%; 45-59=10,6%; 60-74=5,2%; >75=1,1%), Jika Indonesia GAGAL menata generasi angkatan pertama dan dua ini (0-14 tahun dan 15-25 tahun), sudah barang pasti 20 tahun mendatang nasib bangsa Indonesia tidak dapat dibayangkan betapa nistanya di pergaulan antar bangsa, atau mungkin Indonesia hanya akan menjadi kenangan. Namun jika ditangani pendidikannya secara tepat dan serius, maka kegemilangan Indonesia akan menjadi kenyataan.
Melalui pendidikan yang benar dan tepat, budaya baru Indonesia dapat ditumbuhkan. Budaya Indonesia hari ini cenderung tidak dapat bersatu, tidak mempunyai etos kerja yang tinggi, tidak mandiri dalam membangun diri, kurang beroritentasi pada ilmu pengetahuan, sumber daya tenaga kerja lemah dan rendah, tidak produktif, dan lain-lain lagi. Semuanya itu merupakan indikator kemunduran kualitas bangsa (umat). Karenanya, harus diciptakan kontra budaya, dan sekali lagi jalan satu-satunya adalah pendidikan.
Bangsa Indonesia harus sanggup menyisihkan segala yang dimiliki untuk mendidik bangsa. Memang terasa aneh, berbangsa dan bernegara kok hanya bicara pendidikan. Bagi kelompok yang berpikir instant, memang hal itu merupakan keanehan, namun bagi bangsa yang berpikir kebaikan masa depan bangsanya yang hari ini sedang sengsara dilanda keterpurukan, maka perkara itu bukan merupakan hal yang aneh.
Bangsa yang arif akan memilih jalan perbaikan pendidikan secara mutlak bagi bangsanya, sekalipun hasil yang akan diraihnya menunggu waktu yang sangat lama. Namun bila dilaksanakan dengan tekun dan penuh kesabaran, hasil yang diidam-idamkan, yakni kesejahteraan dan perubahan budaya dari budaya negatif menjadi budaya positif sudah pasti akan dirasakan. Masa 20 tahun memang panjang, namun masa menunggu perubahan budaya yang diakibatkan perbaikan pendidikan akan dapat dirasakan walau sebelum 20 tahun.
Kelak jika pendidikan dibangun dengan serius, budaya bangsa Indonesia akan menjadi cinta kesatuan dan persatuan karena manusia terdidik yang baik akan mendahulukan urusan kebersamaan (kekitaan) dari pada urusan pribadi dan golongannya. Manusia terdidik dengan baik akan bersikap mendahulukan kepentingan bangsa dan negaranya. Bangsa yang terdidik individu-individunya akan mempunyai etos kerja yang tinggi, karena semua yang mereka lakukan berdasar kalkulasi riil. Bangsa yang terdidik dengan baik akan menjadi bangsa yang mandiri.
Maknanya tatkala mereka berkepentingan dengan bangsa lain, mereka akan mampu merumuskan dengan produk yang mereka hasilkan dan bukan mengandalkan utang, karena sesungguhnya kehidupan ini saling ketergantungan.
Bangsa yang terdidik dengan baik akan dapat menyumbangkan ilmu pengetahuan bagi pencerahan dunia masa depan, bersama-sama bangsa-bangsa dunia lainnya, sehingga mampu berinteraksi ilmu pengetahuan dan teknologi di tataran antar bangsa. Bangsa yang terdidik akan mempunyai tenaga kerja yang kuat dan produktif, karena lapisan dasar tenaga kerjanya terdiri dari sumber daya yang pengetahuannya sesuai dengan pekerjaannya.
Bangsa yang terdidik dengan baik, akan menjadi bangsa yang amanah dan terhormat sehingga tanpa diminta, bangsa lain akan menghormatinya, dan mereka akan berhitung seribu kali jika akan mengambil kebijakan yang tidak tepat kepadanya, apalagi menghinanya. Bangsa yang terdidik dengan baik pasti akan menjadi bangsa yang kaya dan sejahtera, karena mereka sanggup mensyukuri nikmat Tuhan yang selalu diberikan kepadanya. Itulah budaya baru Indonesia yang harus diwujudkan dan itu juga yang kita maksudkan dengan kontra budaya itu. Indonesia Cerdas, Indonesia Toleran, Indonesia Damai, dan Indonesia yang Cinta Hukum.
Jika seperti itu kontra-budaya yang kita ciptakan melalui budaya baru Indonesia, maka kebangkitan bangsa melalui dan dimulai dari Indonesia (kata banyak orang) bukan merupakan hal yang mustahil. Oleh karenanya, kita sebagian kecil dari bangsa Indonesia memulai kearah itu. Kita katakan dengan bahasa lisan, kita mulai melangkah membangun dan merealisir visi budaya baru Indonesia (kontra-budaya).
Dari desa yang sunyi, kita ubah suatu paradigma bahwa : " hanya kotalah yang mampu mewujudkan fasilitas pendidikan yang memadai". Ternyata desa jika ditata dan di-manage dengan amanah dan jujur perkembangannya jauh lebih cepat dari pada kota yang tidak berbudaya.
Membangun pendidikan yang baik berarti mendidik berorientasi masa kini dan masa depan. Itu pula yang dinamakan modern. Karenanya pendidikan modern tidak dapat difasilitasi denga fasilitas yang tidak mempunyai kekinian. Fasilitas modern bukan terbatas hanya dalam bidang fisik, namun segala yang memenuhi persyaratan modern.
Modern bermakna visioner, karenanya visi pendidikan mesti diarahkan kepada kebangkitan Indonesia yang dapat berdiri sama tinggi duduk sama rendah di tataran antar-bangsa.
Pendidikan modern bermakna pendidikan yang berprogram jelas. Program pencapaian pendidikan Indonesia harus diarahkan membangkitkan bangsa Indonesia menjadi setara dengan bangsa-bangsa lain dalam segala bidang dan aspek kemajuan dan perkembangan bangsa-bangsa menjadi bangsa yang arah berpikirnya berwawasan antar-bangsa. Pendidikan modern mesti berorientasi pada dunia ilmu pengetahuan dan perkembangannya.
Budaya Indonesia ke depan adalah ditentukan oleh hasil pendidikan yang beroritentasi ilmu pengetahuan yang tak kunjung henti, ilmu pengetahuan yang tidak pernah kenal titik berhenti.
Pendidikan modern harus mempunyai saran disiplin. Dalam kehidupan modern, disiplin merupakan sesuatu yang mesti diwujudkan. Disiplin bukan milik kalangan militer atau sipil, semua bangsa modern pasti konsisten dengan disiplin. Bangsa akan hancur jika disiplin disepelekan dalam kehidupan kesehariannya.
Disiplin inilah yang akan mengantarkan suatu bangsa akan kenal prosedur hidup bermasyarakat dan berbangsa. Disiplin pula yang akan membawa bangsa akan mencintai kehidupan bertata hukum yang rapi. Masyarakat atau bangsa yang berdisiplin sebagai cermin masyarakat yang dapat menghormati hukum dan menegakkannya dalam tatanan hidup kesehariannya, baik untuk dirinya maupun masyarakat dan negaranya.
Dalam kehidupan pendidikan modern, diperlukan sarana yang dapat membawa kepada tingkatan hidup yang mengarah kepada etos kerja yang tinggi. Tanda masyarakat modern adalah mempunyai etos kerja tinggi dan bertanggung-jawab terhadap pekerjaannya.
Karenanya, semua sarana yang diperlukan untuk menunjang kehidupan pendidikan modern seperti itu harus kita adakan jika kita menginginkan Indonesia ini menjadi bangsa yang maju dan modern di masa kini dan mendatang.
Tatkala bangsa Indonesia sudah memasuki era pendidikan modern seperti yang telah diuraikan tadi, tentu bangsa ini akan tampil dengan gagah, bangga menjadi bangsa Indonesia dengan kebanggaan yang beralasan. Bangsa Indonesia akan menjadi cinta persatuan dan kesatuan, sebab pikirannya sudah menjadi cerdas, wawasannya menerobos cakrawala yang tak terbatas oleh kekangan-kekangan tetek bengek yang mematikan makna persatuan dan kesatuan bangsa.
Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang sanggup hidup berdampingan dengan sesama bangsanya dan bangsa-bangsa dunia lainnya. Solidaritasnya tak terbatas hanya oleh kepicikan isme-isme dan madzhab-madzhab yang membelenggu kehidupan. Bangsa Indonesia yang terdidik ini akan menjadi bangsa yang sanggup berkorban demi kemajuan bangsa dan umat manusia secara keseluruhan.
Tentang pengorbanan, bangsa di dunia manapun pada taraf kehidupan apapun, di negara maju pun, mereka masih tetap dituntut untuk mempunyai jiwa pengorbanan yang tinggi terhadap perjuangannya. Dalam kesempatan mengisi dan memaknai perjalanan abad kebangkitan ini, kita sekelompok bangsa-bangsa yang sadar akan hakikat masa depan, kita sedang mengasah terus jiwa kesadaran kita terhadap makna pengorbanan itu di tengah-tengah keadaan yang serba terbatas, kita memberanikan diri untuk tampil menata kehidupan pendidikan bangsa dan umat.
Ini adalah manifestasi dan bentuk sebuah pengorbanan. Pengorbanan kita ini tak akan berbatas dengan suatu titik pencapaian. Katakanlah dengan izin Allah kita dapat menyelesaikan proyek pembangunan pendidikan di suatu tempat, maka kita akan melangkah ke berbagai tempat sesuai dengan program yang telah kita tentukan bersama.
Untuk itu ada baiknya jika pada kesempatan ini kita bertanya kepada diri kita masing-masing. Sudah lelahkah kita untuk berkorban demi kejayaan dan kebangkitan pendidikan dan kemajuan bangsa? Bila kita tidak merasa lelah apa yang dapat kita buktikan untuk itu semua? Bangsa yang selalu siap dengan pengorbanan, itu tandanya bahwa umur bangsa ini akan menjadi panjang dan tak terbatas. Selanjutnya melalui artikel ini, kepada umat Islam bangsa Indonesia dan segenap warga bangsa lainnya, kami bertanya : Sanggupkah kita dengan segala daya dan upaya kita berperan aktif membangun bangsa Indonesia, demi kejayaan dan kegemilangan masa depan? Sanggupkah kita mendanai tanpa utang luar negeri untuk program pembangunan pendidikan bangsa dan umat?
Baiklah ini menjadi statement dan pernyataan kita, itu adalah program yang harus kita lakukan secara konsekuen. Sekali lagi kita berdo'a, semoga kita dapat mengabdikan diri demi kebangkitan kembali bangsa dari keterpurukan dan semoga dengan tekad dan kesanggupan kita untuk berbuat ini Allah melapangkan segala cita-cita kebangkitan bangsa Indonesia yang penuh toleransi dan perdamaian yang dapat dirasakan oleh segala lapisan umat manusia tanpa terkecuali.
Posisi Indonesia
Hampir seluruh Muslim di Asia Tenggara membentuk bagian dari wilayah budaya Melayu. Komunitas Muslim di wilayah ini adalah yang terbesar di dunia, tersebar di Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, Singapura, dan Brunai Darussalam, jumlahnya tidak kurang dari 206.584.000 orang = 17,11% dari jumlah umat Islam sedunia. Benang Merah yang menghubungkan praktik dan keyakinan keagamaan mereka di wilayah ini adalah ungkapan budaya yang dimiliki bersama termasuk penggunaan bahasa Indonesia maupun Melayu yang dapat dipergunakan sebagai bahasa komunikasi keagamaan.
Dalam menegakkan kehidupan keagamaan yang cerdas, toleran dan damai di muka bumi ini, peranan Muslim Asia dimotori oleh Indonesia, mestinya dapat lebih mewarnai Dunia Islam Kontemporer. Berbagai syarat untuk itu ada dalam lingkungan wilayah ini baik berupa bahasa, budaya dan adat kebiasaan yang dimiliki oleh Muslim di wilayah ini. Pengembangan dan pembentukan diri bagi Muslim di wilayah ini tidak lagi harus tergantung pada wilayah tempat asal mula munculnya agama Islam (Timur Tengah).
Kemampuan untuk berkembang membentuk diri untuk tampil sebagai umat beragama yang toleran dapat ditunjang oleh kemampuan Muslim di wilayah ini, sejalan dengan perkembangan peradaban umat manusia yang semakin maju yang dapat diakses oleh setiap Muslim di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Untuk menuju kea rah itu, kita sebagai masyarakat (kelompok sosial) ini harus menanamkanvisi pada diri kita masing-masing, kiranya dengan aktivitas yang selama ini kita tekuni sebagai masyarakat pendidikan, terus bergerak ke arah kehidupan beragama atau kegiatan lainnya selalu mengedepankan sikap toleran dan damai. Ini maknanya, lingkungan kita harus sanggup menjadi wahana pengkaderan bangsa dan umat yang orientasinya adalah terciptanya sekiap toleran dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Kita harus yakin bahwa penanaman sikap toleran ini akan tercapai dengan seksama hanya melalui pendidikan, dalam artian pembiasaan yang tiada hentinya, sampai sikap itu menjadi darah daging yang tak terpisahkan (akidah).
Dari tempat yang kita wujudkan bersama ini (Al-Zaytun) pasti akan tumbuh kader-kader bangsa, yang akan membawa kehidupan bangsa dan seluruh warga serantau Asia Tenggara ii menjadi bangsa warga dunia pelopor kehidupan penuh toleran dan damai. Berbahagialah bangsa yang mencita-citakan kehidupan yang dicita-citakan oleh seluruh warga dunia, yaitu kehidupan yang toleran dan damai.
Saatnya kita Bangkit
Kebangkitan seperti apa yang dicita-citakan itu? Belajar dari sejarah perjalanan panjang umat manusia, kebangkitan itu harus diberi pigura yang jelas. Kebangkitan yang dicita-citakan adalah bangkit untuk ituk menata dunia bersama masyarakat lainnya menuju tercapainya kesejahteraan dan perdamaian dunia. Bangkit menata masyarakat adalah mengerahkan daya dan upaya untuk terus berpikir dan ebrbuat bagaimana mengembangkan diri dan membawa anggota masyarakat menjadi warga masyarakat dunia yang cerdas, dengan kecerdasannya mereka mampu menguasai sains dan teknologi yang terus berkembang maju tanpa berhenti.
Berpikir dan berbuat tanpa henti untuk meningkatkan produk yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai lapisan masyarakat dunia, sehingga dapat memiliki andil dalam kebersamaan meminimalkan beban akibat kemiskinan. Berpikir dan berbuat tanpa henti untuk mewujudkan kebajikan dan kebijakan politik yang mampu menyejahterakan tatanan kehidupan umat manusia. Kebangkitan seperti itulah yang harus dijadikan ukurannya. Selalu ada suatu optimisme (yang beralasan), sedikitnya dunia Islam telah menorehkan kesadaran bahwa abad ini disikapi sebagai abad kebangkitan, paling tidak, sikap dan kesadaran itu dapat mendorongnya menuju kebangkitan yang dicita-citakan.
Kejayaan Islam tercatat sampai dengan tahun 1550 M, yakni selama lebih delapan abad, khilafah Islam menyumbangkan pengejawantahan Islam secara politis adalah Negara (kekhilafahan) "adidaya" dunia di setiap gelanggang : politik, militer, ekonomi, ilmu pengetahuan dan budaya. Hingga 1550 M, berada di puncak kekuasaan. Setelah itu, ke depannya, mengalami kemandekan, menjadi introvert (ananiyah), menjadi senantiasa defensive. Sedangkan dunia Barat berbagai lembaga pendidikan menjadi sangat progresif, dan menjadi motor kemajuan di segala bidang. Sedangkan di dunia Islam sebaliknya menjadi mandek.
Sekarang, pertanyaannya adalah dari mana kita memulainya? Tentunya, sebagai jawabannya adalah kita mulai dari diri kita sendiri. Kita adalah warga masyarakat dunia yang bermustautin di sebuah Negara. Negara yang kita berada di dalamnya dapat dinamakan Indonesia, Malaysia, dan lain sebagainya. Sebagai warga negara, kita harus memulai semua itu dari titik Negara Indonesia. Kita mempersiapkan semua bentuk kebangkitan yang dicita-citakan adalah dari Indonesia. Artinya, sebagai umat Islam bangsa Indonesia, kita harus berani mereformasi diri dalam arti kata yang sebenar-benarnya dan seluas-luasnya. Dimaknai bahwa lembaga kita (Islam) adalah merupakan spirit dan kekuatan yang harus diwujudkan dalam sebuah tatanan hidup yang practicable untuk setiap zaman dan tempat.
Mereformasi diri yang kita maksudkan adalah suatu reformasi diri yang aktual, yaitu suatu pengakuan yakni kesediaan mengakui bahwa pencapaian Barat atau kekuatan lainnya (dalam berbagai aspek kehidupan) telah jauh meninggalkan kita. Mestinya kita tidak meletakkan Barat sebagai momok yang harus kita jauhi, hanay karena kita berkeyakinan bahwa kita sebagai manusia Timur. Bukankah ajaran yang telah sampai kepada kita bahwa lembaga kita (Islam) adalah buka Kebaratan dan juga bukan Ketimuran (QS.24/35, QS.2/177, QS.21/107).
Mereformasi diri juga berkenaan dengan sikap mental yang selama ini kita bersikokoh untuk bersikap dependent dalam mengurus dan mendanai perjalanan perjuangan bangsa (membangun). Mereformasi diri dari sisi etos kerja yang selama ini kita menjadi kelompok bangsa yang etos kerjanya sangat rendah.
Jika kita berbicara penataan kembali dunia Islam dan memulainyan dari Indonesia, bukan hanya karena kita adalah orang Indonesia, namun ada juga alas an yang lain, bahwa Indonesia adalah anggota masyarakat dunia Islam yang terbesar jumlah penduduknya (hampir 25% penduduk negara-negara OKI tinggal di Indonesia), dan juga karena sumber daya yang tersimpan di bumi Indonesia adalah merupakan kekayaan yang sangat mungkin dapat menjadi sumbangsih bagi masyarakat dunia Islam dan seluruh dunia pada umumnya sebagai kebajikan bangsa Indonesia bagi umat manusia kelak. Karenanya, menata Indonesia menjadi negara yang stabil dalam segala bidang kehidupan, menjadi bangsa yang cerdas, toleran dan damai, akan mengangkat harkat dan martabat bangsa. Sebagai catatan, jumlah penduduk dunia yang beragama Islam, tidak kurang dari 1.188.242.000 jiwa. Sedangkan penduduk Muslim Indonesia berjumlah tidak kurang dari 16% dari semua jumlah Muslim sedunia. (Sumber Berita Indonesia, 17/ 2006)