Monday, June 09, 2008

ASSA Wujudkan Nazar Presiden


Tour Sepeda Jawa-Madura, 26 Mei - 11 Juni 2008

Assosiasi Sepeda Sport AI-Zaytun [ASSA] mewujudkan nazar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan menyelenggarakan perjalanan sepeda sehat keliling Jawa-Madura menempuh jarak sekira 2000 kilo meter, selama 17 hari mulai tanggal 16 Mei sampai 1 1 Juni 2008.

Tour sepeda keliling Jawa-Ma¬dura ini sesuai nazar Presiden SBY diselenggarakan dalam rangka seabad Hari Kebangkitan Nasional. Juga memeringati hari lahirnya Pancasila (Nilai-nilai Dasar Negara Kesatuan RI), Hari Lingkungan Hidup Internasional dan Hari Anti Narkoba Internasional, Serta hari lahirnya Yayasan Pesantren Indonesia.

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyo¬no berjanji (bernadzar) akan menjadi patron gerakan sepeda nasional tahun 2008. Sehubungan rencana gerakan bersepeda keliling Indonesia, Presiden SBY berjanji: "Saya siap menjadi patron gerakan ini. Kita lakukan nanti, bertepatan dengan perayaan satu abad kebangkitan nasional Indonesia."

Janji itu dikemukakan Presiden sebagai wujud nyata partisipasi Indonesia untuk mengurangi emisi. Hal itu dikemukakan Presiden saat bertatap muka dengan ke¬lompok Bicycle for Earth Goes to Bali, terdiri dari para pemuda pencinta ling¬kungan di halaman Kantor Gubernur Bali, Selasa, 4 Desember 2007.

Kala itu, Presiden SBY menegaskan, menangani isu global warming bukan sekadar wacana, bukan sekadar menelur¬kan kebijakan politik, bukan hanya seka¬dar komitmen kosong di belakang layar, melainkan aksi nyata. (Media Indonesia, 5 Desember 2007).

Saat Presiden SBY mengucapkan hal itu, Assosiasi Sepeda Sport Al-Zaytun (ASSA) telah merencanakan bersepeda keliling Jawa- Madura. "Desember itu kita sudah latihan, pada waktu presiden bicara, dan sudah mempersiapkan untuk Jawa-Madura. Kita senang mendengar ungkapan presiden itu. Kita pikir juga dilaksanakan," ungkap Syaykh Panji Gumilang.

Saat itu, ASSA telah melakukan latihan secara intensif. Selain intensif latihan dengan melakukan try-out di sekitar Indramayu, Jakarta dan Banten, ASSA pun terus memantapkan segala hal yang berhubungan dengan rencana perjalanan bersepeda keliling Jawa-Madura sepanjang 1889 km tersebut.

Termasuk mengurus segala perizinan yang diperlukan. Di antaranya, Surat Izin dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia. Mabes Polri menge¬luarkan izin No.Po: SI/YANMIN/236/IV/ 2008/BANTELKAM tertanggal 3o April 2008. Surat Izin itu diberikan kepada Yayasan Pesantren Indonesia Ma'had Al-Zaytun, dengan penanggung jawab Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang, un¬tuk 'Perjalanan Sepeda Sehat Keliling Pulau Jawa dan Madura, dari tanggal 26 Mei s/d 11 Juni 2008. Kegiatan itu dila¬kukan dalam rangka memperingati hari Kebangkitan Nasional.

Surat izin dari Mabes Polri itu ditem¬buskan kepada Menpora, Kabaintelkam, Dir C dan D Baintelkam, Dir Lantas Babinkam Polri, Kapolda Jabar, Kapolda Jateng, Kapolda DI Yogyakarta, Kapolda Jatim dan Ketua ISSI Pusat. Selain itu, Mabes Polri (Kabinkam Polri) juga menindaklanjuti Surat izin tersebut de¬ngan mengirimkan Surat Telegram (No.Pol: ST/90/IV/2008) kepada Kapolda Jabar, Kapolda Jateng, Kapolda DI Yogyakarta, Kapolda Jatim Up. Dirlantas.

Selain memperoleh izin dari Mabes Polri, ASSA juga memperoleh rekomen¬dasi dari ISSI (Ikatan Sepeda Sport Indo¬nesia). Juga dilakukan kordinasi dengan beberapa Pemda dan Polda setempat. Sementara, Panitia Kebangkitan Nasional Pusat pun diundang. Namun sampai be¬rita ini dikonfirmasi kepada ASSA belum ada jawaban dari Panitia Pusat Perayaan Hari Kebangkitan Nasional. Termasuk ju¬ga belum diperoleh kabar tentang pewujudan nazar Presiden tentang ren¬cana gerakan bersepeda keliling Indone¬sia dalam rangka memperingati 100 tahun Harkitnas tersebut.

Berhubung sampai sekarang tidak ada ceritanya, maka Al-Zaytun yang jalankan (wujudkan) nazar tersebut. "Kalau Presiden tidak melaksanakan, kita yang melaksanakan, berarti selesai, tidak dapat dosa," kata Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang. Menurutnya, ini menghindar¬kan dosa dari pemimpin-pemimpin yang banyak bicara tapi tidak dilaksanakan. Nanti kalau nggak begitu, dituntut oleh malaikat. "Eh itu, presiden itu yang ngomong, rakyatnya pun diam saja."

Syaykh Al-Zaytun menjelaskan, hal ini dalam bahasa Fiqih Islam namanya fardhu kifayah, artinya kewajiban yang diucapkan oleh seorang presiden (pemimpin), tapi presidennya lupa, rakyatnya ingat, berarti jalan sudah bebas. "Sebab, nanti kalau pemimpin negara kena karena nazarnya itu, berarti rakyat juga kena. Nah, kita mewakili yang lupa itu," jelas Syaykh Panji Gumilang.

Jadi Al-Zaytun menjalankan fardhu kifayah, ucapan, nazar dan fardhu kifayah-nya Presiden. Sebab, menurut Syaykh Panji Gumilang, ucapan seorang pemimpin, bila tidak dilaksanakan bisa mengkhawatirkan. "Ucapan Presiden di Bali itu sesungguhnya nazar. Fardhu kifayah hukumnya. Namun kalau tidak dilaksanakan akibatnya kepada semua. Maka Al-Zaytun mengambil nazar pre¬siden," kata Syaykh.

"Kita yang memenuhi nazar presiden itu. Paling tidak pemenuhan kualitasnya, cita-citanya, pemikirannya walaupun nasibnya tidak," katanya. Syaykh mene¬gaskan, nazar pemimpin-pemimpinlah yang kita laksanakan. Sebab kalau nazar tidak dilaksanakan, kena denda. "Denda itu dilaksanakan oleh malaikat, kan bahaya," kata Syaykh Al-Zaytun.

Semua Persiapan Rampung

Segala persiapan dalam rangka perja¬lanan bersepeda keliling Jawa-Madura tersebut sudah rampung. Mulai dari agenda perjalanan, rute dan tempat istirahat, keamanan, logistik (konsumsi) dan akomodasi, pelayanan kesehatan, laundry, bahkan dapur juga telah disiap¬kan.

Pesertanya 280-an orang ditambah pendukung teknis (teknisi Sepeda, teknisi kendaraan besar dan dokter dan lain-lain sekitar 6o orang sehingga berjumlah 340 orang. Semua peserta dan pendukung dibekali tanda pengenal dan kostum.

Perjalanan akan menempuh hampir 2000 km, tentu memerlukan nyali besar. Menanggapi hal ini, Syaykh Al-Zaytun mengatakan 2000 km itu belum panjang, kita hanya jalan. Daendels, justru mem¬buat jalan. Lha kita tinggal jalan dan su¬dah banyak fasilitas. Tahun 1818 Daendels membuat jalan tidak pernah mengeluh.

Tapi banyak korban? "Jangan bicara korban, kalau bicara koran, tidak ada di dunia ini tanpa pengorbanan. Kan semua mengatakan, lewat mana? Lewat jalan Daendels. Lha, kok korban dihitung? Jesus mengorbankan dirinya untuk penebusan dosa. Kalau tidak ada pengor¬banan, tak ada itu jalan Daendels. Setelah itu, disambut dengan meledaknya Kra¬katau. Setelah Daendels selesai. Apa itu artinya? Bagus, kan begitu. Baru, lahir ula¬ma besar di Banten, namanya Nawawi Albantani. Nah, itu ada rentetannya se¬mua itu. Ini kita sedikit-sedikit, banyak korban, banyak korban. Sekarang orang tidak ingat lagi apa korbannya. Yang ingat, jalan Daendels rusak berat. Gitu toh? Makan korban juga kan?"

Jadi harus berani ambil risiko ya? "Bukan berani ambil risiko. Perjuangan itu berisiko. Jangan sekonyong-konyong berani ambil risiko. Risiko jangan ditan¬tang. Tapi setiap pergerakan, perjuangan, pembangunan, ada risiko. Jangan pernah ditantang risiko itu. Menantang risiko itu, sombong. Daendels juga tidak menantang risiko," jawab Syaykh.

Dia mengajak, ayo berjuang saja. "Jadi risiko itu jangan dihitung di depan. Nanti tidak risiko pun dibabat. Nah, ini nand bisa jadi risiko, dibabat. Padahal bukan risiko," katanya. Menurutnya, Daendels itu, tidak menghitung risiko. Jalan terns. "Kalau dihitung, bukan risiko, anggaran belanja namanya kan?"

Setelah menjelajah Jawa-Madura, ASSA juga berencana bersepeda keliling Nanggroe Aceh Darussalam. Dari Karang Baru terus ke Banda Aceh, atau masuk Banda Aceh dulu terus baru masuk ke Singkil. Dari Singkil naik bis ke Medan, dari Medan naik bis lagi ke Karang Baru. Karang Baru naik lagi ke Banda Aceh. Jadi izinnya cuma satu. Polda, kalau kita lewat Medan harus dua izinnya, kalau sudah dua tidak diizinkan lagi nanti dengan Polda Medan atau Polda Aceh. (Sumber : Majalah Berita Indonesia Edisi 57 -2008)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home