Al-Zaytun – Ditjen PLS Lakukan Pelatihan Sertifikasi ICDL
Kerjasama yang sinergis antara Al-Zaytun dengan Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah (Ditjen PLS), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), semakin erat untuk mencerdaskan bangsa.
Syaykh Abdussalam Panji Gumilang pimpinan Kampus Al-Zaytun, sebagai pelopor pendidikan sistem satu pipa, ingin sekali mendarma-baktikan seluruh aset dan sumber daya manusia yang dimiliki dipersembahkan kepada bangsa dan negara, serta masyarakat luas secara keseluruhan.
Demikian pula Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Depdiknas Ace Suryadi, yang dikenal berhasil dalam mengangkat citra pendidikan non formal di jagad pendidikan nasional, ingin pula melibatkan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Keduannya sepakat untuk membangun kerjasama yang sinergis dalam berbagai hal.
Salah satunya, Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan terpadu, terletak di Kampung Sandrem, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada 12-18 Maret 2007 lalu dipercaya melaksanakan pelatihan sertifikasi ICDL (International Computer Driving Licence), kepada 39 pegawai negeri sipil (PNS) yang berdinas di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Daerah, Pendidikan Luar Sekolah.
Peserta berasal dari 17 daerah di Seluruh Indonesia. Acaranya disebut “Pelatihan Sertifikasi ICDL Bagi Para Pegawai Unit Pelaksana Teknis Pendidikan Luar Sekolah Se-Indonesia“.
Dengan mengikuti pelatihan, peserta diharapkan memiliki sertifikat untuk melatih orang lain supaya dapat menguasai (literasi) penggunaan komputer.
Materi pelatihan ICDL terdiri tujuh modul, yaitu : Module 1 Concepts of Information Technology (IT); Module 2 Using the Computer and Managing Files; Module 3 Word Processing; Module 4 Spreadsheets; Module 5 Datebase; Module 6 Presentation; dan Module 7 Information and Communication.
Peserta terdiri dari 28 laki-laki dan 11 perempuan. Mereka memilki latar belakang pendidikan yang beragam. Enam orang lulusan setingkat SLTA, 27 orang lulusan setingkat sarjana atau S-1, dan enam orang lulusan setingkat master atau S-2.
Mereka mewakili sejumlah UPT Daerah, seperti Sanggar Kegiatan Bersama (SKB), Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Masyarakat (BPKBM), Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BPPLSP), Balai Pengembangan dan Pelatihan Pendidikan Luar Sekolah (BPPPLS), serta Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Pengembangan Kegiatan Belajar (BTKPPKB).
Untuk setiap modul, materi pelatihan diberikan oleh dua orang instruktur, dibantu empat orang asisten, sehingga total terdapat 14 orang instruktur dan 28 orang asisten.
Di akhir pelatihan, pada tanggal 17-18 Maret diadakan ujian dan 38 orang dinyatakan lulus menyelesaikan pelatihan dengan hasil baik. Sedangkan seorang peserta, berasal dari BPKB Daerah Istimewa Yogyakarta yakni Nugroho Tyas, dinyatakan belum menyelesaikan seluruh modul.
Rekapitulasi hasil ujian menunjukkan, nilai rata-rata Modul 1 adalah 90,32; Module 2 = 91,66; Modul 3 = 92,58; Module 4 = 93,92; Module 5 = 92,66; Module 6 = 89,87; dan Module 7 = 93,13.
Tentang ICDL
Para instruktur dan asisten pelatihan, sehari-hari bekerja sebagai pengajar di ICDL AL-Zaytun Global Information and Communication Technology (ICDL-AGICT).
ICDL-AGICT didirikan tahun 2002. Pada 3 Januari 2003 ICDL-AGICT berhasil mendapatkan akreditasi dari kantor pusat ICDL, di London, Inggris sebgai test centre yang pertama untuk seluruh kawasan Indonesia.
Pada bulan Desember 2006 ICDL Licensee in Indonesia, atau ICDL-AGICT, sebagai perpanjangan tangan kantor pusat ICDL di Indonesia, berhasil membangun kesepakatan kerjasama dengan Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, Depdiknas, untuk memberikan pelatihan-pelatihan penguasaan komputer, kepada unit-unit pelaksana teknis daerah pendidikan non formal.
Dengan akreditasi yang dimiliki itulah, ICDL-AGICT berhak merekrut peserta, melakukan pelatihan menggunakan silabus dan kurikulum dari ICDL, serta melaksanakan serangkaian tes kepada peserta pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi ICDL.
Termasuk, pada bulan Maret 2007 tadi, Al-Zaytun melakukan pelatihan sertifikasi ICDL, bagi para pegawai unit pelaksana teknis pendidikan luar sekolah se-Indonesia.
Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Ace Suryadi mengatakan, pilihan atas ICDL sebagai lembaga akreditasi / sertifikasi literasi kompter di lingkungan Ditjen PLS, Depdiknas, didasarkan pada pertimbangan ICDL, merupakan lembaga independen yang telah diakui secara luas oleh banyak negara dan berbagai organisasi internasional seperti UNESCO, UNDP, dan Uni Eropa.
ICDL, diakui sebagai benchmark internasional untuk keterampilan komputer, sama persis halnya dengan TOEFL untuk pelatihan bahasa Inggris.
Kata Ace, literasi komputer merupakan salah satu strategi dalam menghadapi tantangan globalisasi, dengan menyiapkan program Pendidikan Kecakapan Hidup (life Skills) di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Kebijakan literasi komputer dimaksudkan untuk mendorong masyarakat mengenal, memahami, dan mampu menggunakan komputer atau TIK baik itu untuk keperluan yang berkaitan dengan pekerjaan, maupun pembelajaran dan aktivitas lainnya.
Caranya, mengembangkan semua lembaga UPT/Daerah Pendidikan Nonformal menjadi lembaga ICDL, Test Center, selanjutnya meningkat menjadi ICDL Training Center.
Kehadiran ICDL di Indonesia diwakili oleh MYR Agung Sidayu, dari Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), duduk sebagai Chariman of the ICDL Licensee in Indonesia. Sedangkan Chris Evdemon duduk sebagai Chief Executive Officer (CEO) ICDL Asia Pasific.
Menurut Chris, ICDL adalah standar global yang memberikan sertifikasi untuk mengukur kompetensi pengguna komputer, dan dapat juga meningkatkan produktivitas kerja.
“ICDL adalah salah satu implementasi kebijakan literasi komputer. ICDL, adalah kualifikasi/sertifikasi yang berstandar internasional untuk kompetensi kemampuan komputer,“ ujar Chris, ketika datang ke Indonesia, menyaksikan Mendiknas Bambang Sudibyo menyerahkan sertifkat Approved Test Center (ATC) ICDL, kepada 71 UPT / Daerah Pendidikan Nonformal di Jakarta, pada 11 Desember 2006.
Sebelumnya, secara simbolis, Mendiknas menerima sertifikat dari Joh Chapman, pimpinan tertinggi ICDL seluruh dunia. Mendiknas mengatakan, sistem ICDL mendorong minat masyarakat untuk memahami dan memanfaatkan TIK.
“Pemerintah bertekad untuk mewujudkan computer / digital literacy pada masyarakat,“ kata Bambang Sudibyo. Bambang yang sudah beberapa kali mengunjungi kampus Al-Zaytun, pertama kali saat meresmikan pengoperasian Universitas Al-Zaytun (UAZ) Indonesian pada Agustus 2005, juga mengatakan, program literasi komputer akan disinergikan dengan pendidikan keaksaraan dan kesetaraan, atau pendidikan formal sepertipendidikan kejuruan dan umum.
Karena itu, menurut Bambang, perlu dilakukan kampanye, advokasi, dan promosi literasi komputer pada sasaran yang lebih luas. “Kalangan pendidikan pesantren, pendidikan formal maupun lembaga pendidikan pelatihan pada umumnya, baik negeri maupun swasta harus menjadi bagian dari program literasi komputer,“ kata Bambang.
Dirjen PLS Ace Suryadi menambahkan, ke depan, lembaga-lembaga penerima sertifikat ATC ICDL akan dikembangkan menjadi training center. “Kami akan menerapkan sistem, mekanisme, dan sarana yang memenuhi standar ICDL untuk penjaminan dan pengendalian mutu,“ ucapnya.
(Sumber :Lentera - Majalah Berita Indonesia – Edisi 37/2007)
Syaykh Abdussalam Panji Gumilang pimpinan Kampus Al-Zaytun, sebagai pelopor pendidikan sistem satu pipa, ingin sekali mendarma-baktikan seluruh aset dan sumber daya manusia yang dimiliki dipersembahkan kepada bangsa dan negara, serta masyarakat luas secara keseluruhan.
Demikian pula Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Depdiknas Ace Suryadi, yang dikenal berhasil dalam mengangkat citra pendidikan non formal di jagad pendidikan nasional, ingin pula melibatkan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Keduannya sepakat untuk membangun kerjasama yang sinergis dalam berbagai hal.
Salah satunya, Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan terpadu, terletak di Kampung Sandrem, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, pada 12-18 Maret 2007 lalu dipercaya melaksanakan pelatihan sertifikasi ICDL (International Computer Driving Licence), kepada 39 pegawai negeri sipil (PNS) yang berdinas di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Daerah, Pendidikan Luar Sekolah.
Peserta berasal dari 17 daerah di Seluruh Indonesia. Acaranya disebut “Pelatihan Sertifikasi ICDL Bagi Para Pegawai Unit Pelaksana Teknis Pendidikan Luar Sekolah Se-Indonesia“.
Dengan mengikuti pelatihan, peserta diharapkan memiliki sertifikat untuk melatih orang lain supaya dapat menguasai (literasi) penggunaan komputer.
Materi pelatihan ICDL terdiri tujuh modul, yaitu : Module 1 Concepts of Information Technology (IT); Module 2 Using the Computer and Managing Files; Module 3 Word Processing; Module 4 Spreadsheets; Module 5 Datebase; Module 6 Presentation; dan Module 7 Information and Communication.
Peserta terdiri dari 28 laki-laki dan 11 perempuan. Mereka memilki latar belakang pendidikan yang beragam. Enam orang lulusan setingkat SLTA, 27 orang lulusan setingkat sarjana atau S-1, dan enam orang lulusan setingkat master atau S-2.
Mereka mewakili sejumlah UPT Daerah, seperti Sanggar Kegiatan Bersama (SKB), Balai Pengembangan Kegiatan Belajar Masyarakat (BPKBM), Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BPPLSP), Balai Pengembangan dan Pelatihan Pendidikan Luar Sekolah (BPPPLS), serta Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Pengembangan Kegiatan Belajar (BTKPPKB).
Untuk setiap modul, materi pelatihan diberikan oleh dua orang instruktur, dibantu empat orang asisten, sehingga total terdapat 14 orang instruktur dan 28 orang asisten.
Di akhir pelatihan, pada tanggal 17-18 Maret diadakan ujian dan 38 orang dinyatakan lulus menyelesaikan pelatihan dengan hasil baik. Sedangkan seorang peserta, berasal dari BPKB Daerah Istimewa Yogyakarta yakni Nugroho Tyas, dinyatakan belum menyelesaikan seluruh modul.
Rekapitulasi hasil ujian menunjukkan, nilai rata-rata Modul 1 adalah 90,32; Module 2 = 91,66; Modul 3 = 92,58; Module 4 = 93,92; Module 5 = 92,66; Module 6 = 89,87; dan Module 7 = 93,13.
Tentang ICDL
Para instruktur dan asisten pelatihan, sehari-hari bekerja sebagai pengajar di ICDL AL-Zaytun Global Information and Communication Technology (ICDL-AGICT).
ICDL-AGICT didirikan tahun 2002. Pada 3 Januari 2003 ICDL-AGICT berhasil mendapatkan akreditasi dari kantor pusat ICDL, di London, Inggris sebgai test centre yang pertama untuk seluruh kawasan Indonesia.
Pada bulan Desember 2006 ICDL Licensee in Indonesia, atau ICDL-AGICT, sebagai perpanjangan tangan kantor pusat ICDL di Indonesia, berhasil membangun kesepakatan kerjasama dengan Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah, Depdiknas, untuk memberikan pelatihan-pelatihan penguasaan komputer, kepada unit-unit pelaksana teknis daerah pendidikan non formal.
Dengan akreditasi yang dimiliki itulah, ICDL-AGICT berhak merekrut peserta, melakukan pelatihan menggunakan silabus dan kurikulum dari ICDL, serta melaksanakan serangkaian tes kepada peserta pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi ICDL.
Termasuk, pada bulan Maret 2007 tadi, Al-Zaytun melakukan pelatihan sertifikasi ICDL, bagi para pegawai unit pelaksana teknis pendidikan luar sekolah se-Indonesia.
Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Ace Suryadi mengatakan, pilihan atas ICDL sebagai lembaga akreditasi / sertifikasi literasi kompter di lingkungan Ditjen PLS, Depdiknas, didasarkan pada pertimbangan ICDL, merupakan lembaga independen yang telah diakui secara luas oleh banyak negara dan berbagai organisasi internasional seperti UNESCO, UNDP, dan Uni Eropa.
ICDL, diakui sebagai benchmark internasional untuk keterampilan komputer, sama persis halnya dengan TOEFL untuk pelatihan bahasa Inggris.
Kata Ace, literasi komputer merupakan salah satu strategi dalam menghadapi tantangan globalisasi, dengan menyiapkan program Pendidikan Kecakapan Hidup (life Skills) di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Kebijakan literasi komputer dimaksudkan untuk mendorong masyarakat mengenal, memahami, dan mampu menggunakan komputer atau TIK baik itu untuk keperluan yang berkaitan dengan pekerjaan, maupun pembelajaran dan aktivitas lainnya.
Caranya, mengembangkan semua lembaga UPT/Daerah Pendidikan Nonformal menjadi lembaga ICDL, Test Center, selanjutnya meningkat menjadi ICDL Training Center.
Kehadiran ICDL di Indonesia diwakili oleh MYR Agung Sidayu, dari Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), duduk sebagai Chariman of the ICDL Licensee in Indonesia. Sedangkan Chris Evdemon duduk sebagai Chief Executive Officer (CEO) ICDL Asia Pasific.
Menurut Chris, ICDL adalah standar global yang memberikan sertifikasi untuk mengukur kompetensi pengguna komputer, dan dapat juga meningkatkan produktivitas kerja.
“ICDL adalah salah satu implementasi kebijakan literasi komputer. ICDL, adalah kualifikasi/sertifikasi yang berstandar internasional untuk kompetensi kemampuan komputer,“ ujar Chris, ketika datang ke Indonesia, menyaksikan Mendiknas Bambang Sudibyo menyerahkan sertifkat Approved Test Center (ATC) ICDL, kepada 71 UPT / Daerah Pendidikan Nonformal di Jakarta, pada 11 Desember 2006.
Sebelumnya, secara simbolis, Mendiknas menerima sertifikat dari Joh Chapman, pimpinan tertinggi ICDL seluruh dunia. Mendiknas mengatakan, sistem ICDL mendorong minat masyarakat untuk memahami dan memanfaatkan TIK.
“Pemerintah bertekad untuk mewujudkan computer / digital literacy pada masyarakat,“ kata Bambang Sudibyo. Bambang yang sudah beberapa kali mengunjungi kampus Al-Zaytun, pertama kali saat meresmikan pengoperasian Universitas Al-Zaytun (UAZ) Indonesian pada Agustus 2005, juga mengatakan, program literasi komputer akan disinergikan dengan pendidikan keaksaraan dan kesetaraan, atau pendidikan formal sepertipendidikan kejuruan dan umum.
Karena itu, menurut Bambang, perlu dilakukan kampanye, advokasi, dan promosi literasi komputer pada sasaran yang lebih luas. “Kalangan pendidikan pesantren, pendidikan formal maupun lembaga pendidikan pelatihan pada umumnya, baik negeri maupun swasta harus menjadi bagian dari program literasi komputer,“ kata Bambang.
Dirjen PLS Ace Suryadi menambahkan, ke depan, lembaga-lembaga penerima sertifikat ATC ICDL akan dikembangkan menjadi training center. “Kami akan menerapkan sistem, mekanisme, dan sarana yang memenuhi standar ICDL untuk penjaminan dan pengendalian mutu,“ ucapnya.
(Sumber :Lentera - Majalah Berita Indonesia – Edisi 37/2007)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home