Tuesday, February 06, 2007

Wapres Jusuf Kalla di Al-Zaytun

Bukti Kuatnya Komitmen Pemerintah

Wakil Presiden HM Jusuf Kalla, di tengah kesibukannya yang amat padat, tampaknya memperioritaskan kehadirannya ke Kampus Al-Zaytun. Sebagai bukti kuatnya komitmen pemerintah kepada dunia pendidikan. Momentum perayaan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1428. (20 Januari 2007) yang selalu dirayakan di Kampus Al-Zaytun dimanfaatkannya untuk menyampaikan dukungan kepada eksponen dan segenap civitas akademika Al-Zaytun.

Kedatangan Wapres Jusuf Kalla dan robongan di kampus pengembangan budaya toleransi dan perdamaian itu, disambut Syaykh Dr Abdussalam Panji Gumilang dan segenap eksponen, dosen, guru, santri, orang tua santri dan undangan lainnya dengan sukacita. Wapres didampingi Ibu Mufidah Jusuf Kalla dan Menteri Agama M Maftuh Masyuni, Wakil Ketua MPR HM Aksa Mahmud dan sejumlah tokoh dan pejabat lainnya. Kehadiran Wapres Jusuf Kalla itu dimaknai sebagai bukti kuatnya komitmen dan dukungan pemerintah atas segala inisiatif masyarakat dalam memajukan dunia pendidikan dan kemandirian ekonomi rakyat. Bagi seluruh civitas akademika Al-Zaytun, kedatangan orang kedua terkuat di negara itu menunjukkan mereka melangkah pada jalur yang benar dan diridhoi Tuhan untuk menjadikan Indonesia yang kuat di masa depan.

Sejak memulakan pendidikan pada 1 Juli 1999, Al-Zaytun merayakan Tahun Baru Hijriyah yang jatuh setiap 1 Muharam menjadi kegiatan yang selalu istimewa. Sebab berbagai tokoh besar di republik ini selalu menggunakan kesempatan itu datang berkumpul di kampus Mahad Al-Zaytun. Bahkan tahun lalu, puluhan duta besar menghadiri perayaan tahun baru hijriah itu.

Setiap tahun Syaykh Abdussalam Panji Gumilang selaku pendiri, pemimpin dan penanggung-jawab Kampus Al-Zaytun selalu mengundang dan menyambut sejumlah tokoh datang ke kampus seluas 1.200 hektar yang terletak di Desa Sandrem, Kecamatan Gantar, Indramayu, Jawa Barat ini. Mereka bersama-sama dengan puluhan ribu tamu yang silih berganti rutin datang secara sukarela merayakan tahun baru itu sekaligus menyamakan visi dan persepsi tentang masa depan Indonesia yang harus kuat dan membangun pendidikan dan kemandirian ekonomi secara simultan. Kedua unsur, pendidikan dan kemandirian ekonomi adalah sebuah senyawa yang mutual simbiosis dalam satu sistem dan manajemen di Kampus Al-Zaytun.

Kampus Al-Zaytun yang mengusung motto “Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian,“ dibangun berdasarkan konsep “Pesantren Spirit but Modern System“. Segala sesuatu yang ditempuh dan ditampilkan selalu mengandung nilai nilai modern. Namun, nilai-nilai modern itu harus bersemangatkan kepesantrenan yaitu kemandirian, kebersamaan, dan cinta ilmu.

Demikian pula di antara para sahabat yang tergabung dalam Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) – mereka disebut sebagai eksponen – selalu bekerja dengan dilandasi “Tradisi Kekitaan“, dan disemangati “Sepi ing pamrih rame ing game“. Atau, kerja keras tanpa pamrih.

Menurut penuturan Sekertaris Yayasan Pesantren Indnesia Ustadz Abdul Halim, pada perayaan Tahun Baru Islam tahun ini, dilakukan pengaturan yang lebih baik demi terjaminnya keamanan dan kenyamanan tamu negara yang datang ke Al-Zaytun. Apalagi jumlah pengunjung membludak hingga mencapai 35.042 orang. Setiap orang sebelum memasuki Masjid Rahmatan Lil’Alamin, tempat perayaan peringatan 1 Muharam dipusatkan, harus melewati pintu pemindai atau metal detector. Tujuannya untuk memastikan tidak terdapat benda-benda berbahaya, bahan peledak, senjata api dan sejenisnya serta benda-benda logam berbahaya lainnya.

Tamu-tamu yang berasal dari berbagai daerah maupun dari negeri jiran berbaur menjadi satu menyambut kedatangan Wakil Presiden Haji Muhammad Jusuf Kalla dan istri Mufidah Jusuf Kalla, disertai rombongan sebanyak tiga helikopter. Di antarannya, Wakil Ketua MPR RI Aksa Mahmud, Menteri Agama M Maftuh Masyuni, Kepala BP Migas Kardaya Warnika, dua anggota DPR Priyo Budi Santoso dan Agus G Kartasasmita.

Demikian pula dengan kehadiran tokoh-tokoh lain yang sudah lebih dahulu tiab beberapa hari sebelumnya, termasuk rombongan sejumlah wartawan dan aparat keamanan. Sejumlah tokoh yang turut hadir menyambut kedatangan Kalla ke bumi Indramayu adalah Wakil Gubernur Jawa Barat Nu’man Abdul Hakim, Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI George Toisutta, Bupati Indramayu Irianto Syarifuddin, Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Depdiknas Ace Suryadi, Ketua Umum Forum Intelektual Indoensia (FII) H. Achmad Zaini MA, Guru Besar IAIN Sunan Ampel Surabaya Roem Rowi, Direktur Bank Century Sriyono, dan lain-lain.

Ini bukan kunjungan pertama Jusuf Kalla ke Al-Zaytun. Saat menjabat Menko Kesra Kabinet Gotong Royong, Jusuf Kalla sudah berkunjung ke Al-Zaytun.

Ingatan Kembali ke 27 Agustus 1999

Kedatangan Wapres Jusuf Kalla kali ini mengingatkan kembali kenangan masyarakat, wali santri, terutama eksponen Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) dan selruh civitas akademika Kampus Al-Zaytun, akan kunjungan Prof. Baharuddin Jusuf Habibie ke Al-Zaytun pada tanggal 27 Agustus 1999. Presiden Habibie ketika itu hadir untuk meresmikan pembangunan pendidikan dan pembangunan ekonomi di kampus Al-Zaytun, yang sudah dilengkapi sejumlah bangunan sarana dan prasarana pendidikan seperti asrama, gedung pembelajaran, dan sarana pendukung ekonomi lainnya. Saat itu Presiden ketiga Republik Indonesia itu disambut hangat oleh peserta didik yang masih berjumlah 1.459 peserta didik, ditambah 135 guru tenaga pendidik.

Kini, memasuki tahun pembelajaran kedelapan tepatnya pada 20 Januari 2007 jumlah siswa, guru dan karyawan sudah mencapai 10.579 orang. Itu berarti semenjak kedatangan Habibie Agustus 1999, hingga kedatangan Wapres Jusuf Kalla terdapat penambahan penghuni Kampus sebanyak 8.985 porang. Atau, rata-rata penghuni bertambah sekitar 1.123 orang setiap tahunnya. Jumlah ini masih belum termasuk mahasiswa Universitas Terbuka (UT) sebanyak 5.203 orang, yang tinggal di luar Kampus namun secara berkala datang ke Al-Zaytun untuk melaksanakan tutorial khusus dan ujian semester.

Masyarakat yang hendak bersentuhan dengan Kampus Al-Zaytun di masa-masa mendatang akan semakin meningkat pesat seiring pelaksanaan berbagai program pembangunan pendidikan dan ekonomi. Memasuki tahun 2007, misalnya, Al-Zaytun akan melebarkan jangkauan pelaksanaan Pendidikan Luar Sekolah (PLS), dengan mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Letak PKBM memang di luar Kampus, sebab sasarannya adalah kampung-kampung yang penduduknya masih tertinggal dalam hal pendidikan. Al-Zaytun melaksanakan program ini bekerja sama denga Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas).

Mulai tahun ini pula Al-Zaytun akan makin menata pemantapan ketahanan pangan, dengan melaksanakan konsolidasi lahan-lahan pertanian dan lahan-lahan yang kurang produktif. Caranya, dengan mempersiapkan waduk-waduk dan empang-empang air di berbagai lokasi pertanian Al-Zaytun.

Keberadaan Kampus Al-Zaytun secara tegas disyukuri oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Nu’man Abdul Hakim, yang beru kali ini berkesempatan mengunjungi Al-Zaytun. Politisi asa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mengatakan dirinya begitu terkesan, dan mudah-mudahan Al-Zaytun terus maju dan menjadi contoh pembelajaran bagi kampus lainnya. Setelah Al-Zaytun delapan tahun berinteraksi dengan masyarakat Indramayu, citra kabupaten ini dalam hal kemajuan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di bidang pendidikan berhasil terangkat dari posisi buncit menjadi terbaik keenam di seluruh provinsi Jawa Barat.

“Kalau Al-Zaytun membangun sistem pendidikan yang tertib, dengan sistem yang bagus, mudah-mudahan menjadi contoh. Banyak orang cerita bahwa sistem pesantren itu selalu diidentikkan dengan terbelakang, kumuh, tidak maju. Sekarang, daerah ini kelihatan lebih tertib, lebih maju, lebih bagus, saya kira ini jadi contoh,“ kata Nu’man, yang pada tahun 2003 dipilih sebagai Wakil Gubernur bersama-sama dengan Gubernur Danny Setiawan oleh DPRD Jawa Barat.

Mempertegas Komitmen

Kedatangan Wakil Presiden Jusuf Kalla, orang terkuat kedua di Bumi Nusantara saat ini, tak pelak menjadi pertanda betapa kuatnya komitmen pemerintah mendukung segala inisiatif masyarakat untuk memajukan pendidikan dan ekonomi demi menuju Indonesia yang kuat, seperti yang sedang giat-giatnya berlangsung di Kampus Al-Zaytun.

Bagi Syaykh AS Panji Gumilang bersama segenap Civitas Akademika Al-Zaytun, kedatangan Jusuf Kalla mempertegas keyakinan bahwa mereka sudah bergerak di jalur yang benar da diridhoi Allah untuk membentuk Indonesia yang kuat di masa depan, manusia yang toleran dan cita damai.

Karena itulah sepulangnya Wapres dari Al-Zaytun dengan menaiki helikopter milik TNI Angkatan Udara, Syaykh berkenan menjawab pertanyaan rombongan wartawan yang mengerubungi di sisi lapangan helipad Al-Zaytun. Pertanyaan wartawan itu, sayangnya, belum bisa melihat kenyataan, masih saja melanjutkan tudingan dari sekelompok kecil orang lain tentang eksistensi Al-Zaytun dalam memajukan pendidikan dan perekonomian rakyat.

Tetapi Syaykh justru memanfaatkannya untuk mempertegas posisi dan tanggung-jawabnya bahwa Kampus Al-Zaytun adalah pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan pusat pengembangan budaya perdamaian.

“Itu tudingan salah alamat. Di sini adalah pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian. Tengoklah motto Al-Zaytun yang begitu tegas. Jadi, orang menuding, memang jaman demokrasi saling tuding menuding. Tetapi Al-Zaytun tidak pernah menuding,“ kata Syaykh, yang meminta wartawan untuk jangan lagi bicara tentang tudingan itu. “Di sini pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian. Ini statement orang yang bertanggung-jawab di sini.“

Aneh memang, bagaimana pers yang sudah terbuka masih saja belum mampu melihat kenyataan di hadapannya malah masih penuh kecurigaan. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan, kemungkinan Al-Zaytun mendapatkan sokongan dana dari Jusuf Kalla yang juga selaku Ketua Umum Partai Golkar, dan bagaimana posisi politik Al-Zaytun di tahun 2009. Padahal, bentuk fisik nyata Al-Zaytun terang-benderang nampak di depan mata, demikian pula dengan konsep dan sistem pendidikan yang diusung terbuka untuk diketahui, bahkan sudah diapresiasi mulai dari pemimpin tertinggi di negara ini seperti Presiden dan Wakil Presiden, hingga masyarakat biasa yang bersedia menitipkan anak-anaknya merangkai masa depan mereka.

Kesabaran Syaykh, memberi penjelasan membuat liputan kunjungan Wapress Jusuf Kalla ke Kampus Al-Zaytun ramai diberitakan di media massa secara positif. Syaykh memperkenalkan pemikiran, sikap dan gagasannya secara kontekstual.

Sesungguhnya tanpa dijelaskan oleh Syaykh pun, beberapa menit sebelumnya Wapres Jusuf Kalla yang memberikan sambutan di Masjid Rahmatan Lil’Alamin, sudah mempertegas posisi Kampus Al-Zaytun sebagai aset bangsa berskala internasional yang mesti dibanggakan.

Kata Jusuf Kalla, Kalau ada pemikiran, kebiasaan, bahwa suatu pesantren harus selalu sederhana, kadang-kadang sempit, kadang-kadang kotor, itu sudah biasa. Tentu kita semua harus merubahnya bahwa pesantren yang baik juga adalah suatu kenikmatan buat kita semuanya.

“Karena itulah, saya memberikan penghargaan yang luar biasa, bersama Bapak Menteri Agama, kepada pesantren Al-Zaytun ini, yang telah memberikan perubahan-perubahan luar biasa kepada suatu pandangan bahwa pendidikan keagamaan haruslah seteratur dan sebaik Al-Zaytun ini,“ kata Jusuf Kalla, yang semasa menjabat Menko Kesra era pemerintahan Kabinet Gotong Royaong sudah beberapa kali mengunjungi Kampus Al-Zaytun.

“Kadang-kadang kita sendiri banyak yang mempunyai pemahaman yang kita sulit pahami sendiri, kalau pesantren itu kotor, kurang teratur, bertanya pula kenapa kotor, kenapa tidak teratur. Tetapi kalu besar dan baik seperti ini, ditanya pula kenapa mewah, kenapa besar. Inilah yang perlu, kita merubah pikiran itu, bahwa perubahan itu harus merubah lebih baik seperti ini. Karena itulah, nikmat ini bukan hanya dinikmati kebesaran dan kebaikannya. Nikmat itu harus bermanfaat untuk kita semua, untuk bangsa ini, untuk kita semua,“ jelas Jusuf Kalla.

Kalla menegaskan, misi utama pesantren adalah pendidikan. Pendidikan adalah peningkatan harkat kita semuanya. Tidak ada bangsa yang maju tanpa pendidikan yang baik. Tidak ada umat yang maju tanpa pendidikan yang baik. Apalagi di alam dimana orang bersaing antar negara, antara daerah, antar kota, maka tentu hanya pendidikanlah yang dapat memperbaiki persaingan-persaingan tersebut.

“Apalagi yang telah dijelaskan oleh Syaykh Panji Gumilang, santri di sini berasal dari seluruh Nusantara. Ini tentu sesuai dengan maknanya, pesantren Indonesia, ini adalah warna Indonesia. Orang berpikir kebangsaan dengan berpidato, tapi pesantren ini sama juga dengan pesantren-pesantren yang besar, sama juga dengan universitas yang besar, justru melambangkan kita bangsa yang besar dan bersatu,“ kata Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang berkenan mengucapkan terima kasih kepada wali santri, siswa, mahasiswa, guru-guru, karyawan, dan tamu-tamu undangan lainnya yang memberikan sedekah secara terbuka di hadapannya. Jumlah sedekah sebagai wujud kerelaan berkorban untuk mandiri bervariasi, hingga berhasil terkumpul sebesar Rp 3.040.147.000 atau Rp 3,040 milyar, ditambah 5.000 dollar AS, 3.000 dollar Singapura, 100 real Arab Saudi, dan 5 ringgit Malaysia.

Karena kesibukannya yang luar biasa, setelah selama satu jam berada di Kampus Al-Zaytun, di pusatkan di Masjid Rahmatan Lil’Alamin, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan rombongan pada pukul 09.15 WIB meninggalkan Al-Zaytun menuju Brebes, Jawa Tengah, dan sorenya sudah harus berada lagi di Cirebon, Jawa Barat.
(Sumber :Lentera - Majalah Berita Indonesia – Edisi 31/2007)
">

0 Comments:

Post a Comment

<< Home