Al-Zaytun Berdayakan Masyarakat Sekitar
Kampus Al-Zaytun memasuki tahun 1428 Hijriah menetapkan dua program utama sebagai garis besar pelaksanaan kegiatan tahunan. Pembangunan ekonomi pertanian dan pendidikan yang berhasil disenyawakan di Al-Zaytun makin diorientasikan ke luar yang dilaksanakan bersama-sama dengan masyarakat sekitar.
Program pertama adalah mengembalikan dan memelihara kesuburan lahan-lahan pertanian. Al-Zaytun dan masyarakat secara bersama-sama akan melakukan konsolidasi lahan, dengan cara menata lahan-lahan supaya lebih produktif dan terjaga ketersediaan sumber-sumber airnya.
Konsepnya adalah, setiap lahan yang digarap harus disisihkan 10 persennya untuk dibuat waduk penampungan air demi memastikan lahan dapat ditanami padi minimal dua kali dalam setahun, ditambah sekali menanam palawija seperti jagung, kacang dan sebagainya. Program ini di eksploitasi terus tetapi lupa menjaga keseimbangan nutrisi tanah.
Program kedua adalah melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan masyarakat sekitar, salah satunya mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Melalui PKBM, Al-Zaytun memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat sekitar, khususnya generasi muda yang belum menyandang ijazah Sekolah Dasar (SD), SMP, dan SMA untuk mengikuti program pendidikan kesetaraan Kelompok Belajar (Kejar) Paket A (setara SD), Paket B (SMP), dan Paket C (SMA).
Sedangkan kepada generasi yang lebih tua diberikan kesempatan mengikuti program pendidikan keaksaraan, misalnya dengan pemberantasan buta huruf, mengikuti pelatihan keterampilan bertani, dan melatih sistem komunikasi ICT. Siapa saja orang tua yang belum bisa baca tulis, tetapi memilki anak sebagai TKI di Taiwan, misalnya, tatkala menerima surat atau kiriman uang ia sudah bisa membaca isi surat dan mengambil sendiri uang kiriman dari bank.
Al-Zaytun mendidik masyarakat bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (Ditjen PLS), Departemen Pendidikan Nasional. Memasuki tahun 1428H, Al-Zaytun mensinergikan modal dan kekuatan internal yang sudah terbukti tanggu, dengan modal dan kekuatan eksternal dari masyarakat yang tak terselami kedasyatannya.
Al-Zaytun memperkokoh diri sendiri sebagai pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan puat pengembangan budaya perdamaian. Bersama itu Al-Zaytun mulai pula menoleh ke masyarakat di samping kiri-kanannya untuk diajak bersama-sama maju lewat pembangunan ekonomi pertanian dan pendidikan. Maju dari sisi pangan dan pendidikan.
Dibahasakan Sederhana
Dua eksponen Al-Zaytun, yaitu Wakil Ketua Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) Imam Supriyanto, dan Sekertaris YPI Abdul Halim, mengutarakan kedua fokus utama program AL-Zaytun tersebut dalam bahasa sederhana yang mudah dicerna, tatkala berpidato dalam acara zikir dan tahlilan bersama di mesjid Al-Hayat, Al-Zaytun, Jumat (19/01) menjelang perayaan Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1428H.
Ribuan warga sekitar datang diundang oleh Syaykh AS Panji Gumilang sebagai tamu, untuk tahlilan dan zikir bersama. Selanjutnya, tatkala pulang mereka dibekali dengan pemberian boboko berupa makanan lengkap terdiri nasi 1,5 kilogram, lauk pauk daging, telur, bihun, tahu, tempe, serta sayur mayur, kerupuk dan buah-buahan.
Kepada mereka, Imam membahasakan kedua fokur utama Al-Zaytun selama 2007 sebagai pesan dari Syaykh AS Panji Gumilang. Lewat Imam pula Syaykh memohon maaf kepada warga tak bisa hadir untuk langsung memberikan tausyiah, karena sibuk mempersiapkan segala sesuatunya menyambut kedatangan tamu Wakil Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla dan rombongan.
Kalla tahun ini turut bersama-sama dengan seluruh Civitas Akademika Al-Zaytun dan warga masyarakat untuk merayakan Tahun Baru 1 Muharram 1428 Hijriah, di Masjid Rahmatan Lil’Alamin. Imam mengatakan, untuk mengatasi kekeringan di tahun-tahun mendatang, Al-Zaytun yang memiliki lahan pertanian seluas puluhan hektar akan bekerja-sama dengan masyarakat bersama-sama membuat waduk penampungan air.
Masyarakat yang memiliki lahan pertanian jauh lebih luas dari milik Al-Zaytun, itu diajak Imam untuk mencontoh bagaimana Al-Zaytun menerapkan pola penyediaan air secara berkesinambungan. Caranya adalah dengan menyisihkan sepuluh persen dari setiap hektar lahan pertanian untuk dijadikan waduk penampungan air.
“Al-Zaytun punya waduk-waduk. Untuk setiap 10 hektar dibuat satu hektar waduk, dan untuk setiap 20 hektar dibuat dua hektar waduk. Jadi Al-Zaytun sepanjang tahun bisa menanam tiga kali. Terdiri dua kali menanam padi dan sekali menanam palawija,“ kata Imam, sambil meminta persetujuan warga agar bersedia mengikuti pola pertanian Al-Zaytun.
Ajakan itu tentu saja disambut hangat warga dengan suara koor raksasa berbunyikan “setuju...“. Dengan mendirikan waduk, kata Imam, lahan sawah akan terpelihara subur, tak pernah kekurangan air, dan masa tanam tak perlu terganggu. Ia menjelaskan, Al-Zaytun akan menyiapkan alat-alat berat untuk membangun waduk dibantu warga yang memegang cangkul.
Setiap RT akan mendata mana lahan yang bisa dijadikan wadukan. Warga yang tak punya lahan untuk dijadikan wadukan bisa memintanya ke pemerintah, atau Perhutani untuk dijadikan waduk. Atau tanah-tanah warga yang terletak di pinggir kali, di sepanjang Sungai Cibanoang, bisa diserahkan dulu ke Al-Zaytun untuk diperlebar dijadikan waduk. Baru kemudian nanti dimintakan penggantiannya dengan tanah di lokasi lain.
Menjelang 1 Muharram 1428H itu bumi Indramayu memang masih kekeringan. Tanah-tanah sawah masih garing dan terlihat pecah-pecah. Hujan masih enggan turun membasahi sawah. Maka itu Abdul Halim sangat bersuka-cita sekali tatkala mulai menyampaikan pidatonya hujan sudah turun.
“Alhamdullillah pada mala hari ini kita berdoa bersama untuk kesejahteraan kita. Dengan doa bersama alhamdullillah hujan turun. Jadi, kalau yang belum sempat tanam padi, karena menunggu hujan, pulang nanti bawa boboko lalu besok kita bawa bekal ke sawah untuk tanam padi,“ kata Halim mengawali pidatonya.
Abdul Halim membeberkan argumentasinya secara cerdas namun sederhana sehingga masyarakat tertarik mengembalikan dan memelihara kesuburan tanah. Ia memaparkan soal pertanian dalam bahasa keseharian sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat awam.
Kata Halim, dengan menanam padi bisa dihasilkan empat ton dalam satu hektar. Padi yang empat ton itu sebelumnya memperoleh makanan dari sari pati tanah. Karena itu, tanah, kalau tidak dikasih makan pasti tidak akan bisa menghasilkan hingga empat ton padi.
“Coba bayangkan kalau setiap tahun tanah kita tanami padi, jagung, atau kacang tetapi kita tidak mau kasih tanah makan. Lama-lama rusak tanah kita. Ayo, lama-lama hasilnya makin tinggi atau makin rendah,“ tanya Halim.
“Coba kalau kita mengambil hasil terus dari tanah, tanahnya tanpa pernah kita kasih makan sakit tidak itu tanah. Pasti akan sakit. Ingat itu, kita ambil empat ton dan tidak pernah kasih makan tanah. Harusnya tanah juga kita kasih makan empat ton, supaya nanti kita bisa ambil lima ton. Supaya tanahnya subur perlu tidak kita bersodaqoh ke tanah?“, Abdul Halim bertanya ke Audiens.
Halim menandaskan, supaya buminya memberikan hasil yang banyak, kita perlu yang namanya sodaqoh bumi. Sebagaimana Syaykh mengajak cara bersodaqoh, bagi petani sehabis panen jeraminya jangan dibakar tetapi dipendam ke dalam tanah. Maka jerami itu akan menjadi kompos dan menyuburkan tanah.
Tetapi yang lebih hebat sebab lebih subur hasilnya, adalah menanam kacang hijau dan menyebarnya ke seluruh tanah. Kira-kira saat mau berbuah atau panen, hancurkan pohon kacang hijau, jangan dipanen, tetapi biarkan dimakan bumi. “Maka, bumi kita akan makan daun, kacang hijau, jerami, dan semuanya bersatu dengan bumi lalu besok tanam padi dan akan menghasilkan yang berlipat. Dan itulah yang disebut bersodakoh bumi,“ kata Halim.
Tanggapan Warga
Seorang warga bernama Abdul Aziz kepada majalah Berita Indonesia menanggapi positif rencana Al-Zaytun fokus kepada dua program tahun ini. Ia menyebutkan, semula, di lingkungan Al-Zaytun banyak sekali warga yang masih awam di bidang pendidikan khususnya keagamaan. Mereka sama sekali tak mengerti hukum agama.
Aziz yang sudah bermukim di Desa Rancagangga sejak tahun 1993, itu melihat kehadiran Al-Zaytun telah memberikan banyak warna. Aziz yang sejak tahun 1983 berprofesi sebagai guru SD bidang agama, berharap agar masyarakat lingkungan Rancagangga bisa lebih mengerti soal hukum agama termasuk bacaan-bacaan Al-Quran.
“Dengan adanya Al-Zaytun memang respon masyarakat itu bagus. Tapi belum bisa diresapi masyarakat yang awam, itu saja,“ harap Aziz. Aziz mengatakan kebanyakan warga Rancgangga hidup bertani. Cara bertaninyapun hanya mengharapkan hujan dari langit. Saat musim kemarau selalu kekurangan air, banyak tanah nganggur. Padahal mereka rata-rata ekonomi lemah. Karena itu, Aziz sangat bersyukur bila Al-Zaytun membangun waduk-waduk.
“Kalau memang ada harapan begitu, kami dari Rancagangga lebih dari bersyukur dan sangat menerima. Bahkan, berdoa mudah-mudahan rencana ini bisa berjalan lancar,“ kata Aziz, yang sudah dua periode mengkhatamkan Al-Qu’an bagi anak-anak di Mushola Al-Barokah yang didirikannya di Rancagangga.
Kepala Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Desa Mekar Jaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu Asmin JB melihat dari sisi keberhasilan Al-Zaytun mengangkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang pendidikan.
Asmin mengatakan keberadaan Al-Zaytun telah berhasil menaikkan rangking IPM Indramayu, dari yang terbawah menjadi urutan keenam untuk tingkat Jawa Barat. “Menurut saya semuanya ini disudutkan ke masalah pendidikan,“ kata Asmin, menyebut sektor pendidikan telah mengangkat pamor Indramayu naik di tingkat provinsi.
Asmin juga sangat setuju rencana Al-Zaytun untuk fokus ke dua hal, pembangunan ekonomi pertanian dan pendidikan luar sekolah. “Mudah-mudahan dengan rencana tadi terangkat semuanya. Biar bagaimanapun harus dimulai dari pendidikan. Kalau tidak ditempuh dengan pendidikan rada susah ini,“ cetus Asmin.
Asmin mengatakan pada tahun 2000 sekitar 40 persen warganya masih buta aksara. Tetapi sekarang sudah tinggal sekitar 10 persen, atau paling banter 15 persen saja, itupun umurnya sudah 50-60 tahun.
Sebagai Kepala PMD Desa Mekar Jaya Asmin bertugas merancang sekaligus melaksanakan pembangunan desa. Termasuk mengangkat potensi ekonomi daerah, misalnya tentang pola pertanian yang baik atau mencari bahan galian – C.
Tugasnya diistilahkan “mencetak“ uang desa. Itulah sebabnya Asmin sangat setuju sekali Al-Zaytun mengajak masyarakat bergerak membenahi lahan ekonomi pertanian dan memajukan pendidikan masyarakat sekitar.
(Sumber :Lentera - Majalah Berita Indonesia – Edisi 33/2007)
Program pertama adalah mengembalikan dan memelihara kesuburan lahan-lahan pertanian. Al-Zaytun dan masyarakat secara bersama-sama akan melakukan konsolidasi lahan, dengan cara menata lahan-lahan supaya lebih produktif dan terjaga ketersediaan sumber-sumber airnya.
Konsepnya adalah, setiap lahan yang digarap harus disisihkan 10 persennya untuk dibuat waduk penampungan air demi memastikan lahan dapat ditanami padi minimal dua kali dalam setahun, ditambah sekali menanam palawija seperti jagung, kacang dan sebagainya. Program ini di eksploitasi terus tetapi lupa menjaga keseimbangan nutrisi tanah.
Program kedua adalah melaksanakan kegiatan belajar-mengajar dengan masyarakat sekitar, salah satunya mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Melalui PKBM, Al-Zaytun memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat sekitar, khususnya generasi muda yang belum menyandang ijazah Sekolah Dasar (SD), SMP, dan SMA untuk mengikuti program pendidikan kesetaraan Kelompok Belajar (Kejar) Paket A (setara SD), Paket B (SMP), dan Paket C (SMA).
Sedangkan kepada generasi yang lebih tua diberikan kesempatan mengikuti program pendidikan keaksaraan, misalnya dengan pemberantasan buta huruf, mengikuti pelatihan keterampilan bertani, dan melatih sistem komunikasi ICT. Siapa saja orang tua yang belum bisa baca tulis, tetapi memilki anak sebagai TKI di Taiwan, misalnya, tatkala menerima surat atau kiriman uang ia sudah bisa membaca isi surat dan mengambil sendiri uang kiriman dari bank.
Al-Zaytun mendidik masyarakat bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah (Ditjen PLS), Departemen Pendidikan Nasional. Memasuki tahun 1428H, Al-Zaytun mensinergikan modal dan kekuatan internal yang sudah terbukti tanggu, dengan modal dan kekuatan eksternal dari masyarakat yang tak terselami kedasyatannya.
Al-Zaytun memperkokoh diri sendiri sebagai pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan puat pengembangan budaya perdamaian. Bersama itu Al-Zaytun mulai pula menoleh ke masyarakat di samping kiri-kanannya untuk diajak bersama-sama maju lewat pembangunan ekonomi pertanian dan pendidikan. Maju dari sisi pangan dan pendidikan.
Dibahasakan Sederhana
Dua eksponen Al-Zaytun, yaitu Wakil Ketua Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) Imam Supriyanto, dan Sekertaris YPI Abdul Halim, mengutarakan kedua fokus utama program AL-Zaytun tersebut dalam bahasa sederhana yang mudah dicerna, tatkala berpidato dalam acara zikir dan tahlilan bersama di mesjid Al-Hayat, Al-Zaytun, Jumat (19/01) menjelang perayaan Tahun Baru Hijriah 1 Muharram 1428H.
Ribuan warga sekitar datang diundang oleh Syaykh AS Panji Gumilang sebagai tamu, untuk tahlilan dan zikir bersama. Selanjutnya, tatkala pulang mereka dibekali dengan pemberian boboko berupa makanan lengkap terdiri nasi 1,5 kilogram, lauk pauk daging, telur, bihun, tahu, tempe, serta sayur mayur, kerupuk dan buah-buahan.
Kepada mereka, Imam membahasakan kedua fokur utama Al-Zaytun selama 2007 sebagai pesan dari Syaykh AS Panji Gumilang. Lewat Imam pula Syaykh memohon maaf kepada warga tak bisa hadir untuk langsung memberikan tausyiah, karena sibuk mempersiapkan segala sesuatunya menyambut kedatangan tamu Wakil Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla dan rombongan.
Kalla tahun ini turut bersama-sama dengan seluruh Civitas Akademika Al-Zaytun dan warga masyarakat untuk merayakan Tahun Baru 1 Muharram 1428 Hijriah, di Masjid Rahmatan Lil’Alamin. Imam mengatakan, untuk mengatasi kekeringan di tahun-tahun mendatang, Al-Zaytun yang memiliki lahan pertanian seluas puluhan hektar akan bekerja-sama dengan masyarakat bersama-sama membuat waduk penampungan air.
Masyarakat yang memiliki lahan pertanian jauh lebih luas dari milik Al-Zaytun, itu diajak Imam untuk mencontoh bagaimana Al-Zaytun menerapkan pola penyediaan air secara berkesinambungan. Caranya adalah dengan menyisihkan sepuluh persen dari setiap hektar lahan pertanian untuk dijadikan waduk penampungan air.
“Al-Zaytun punya waduk-waduk. Untuk setiap 10 hektar dibuat satu hektar waduk, dan untuk setiap 20 hektar dibuat dua hektar waduk. Jadi Al-Zaytun sepanjang tahun bisa menanam tiga kali. Terdiri dua kali menanam padi dan sekali menanam palawija,“ kata Imam, sambil meminta persetujuan warga agar bersedia mengikuti pola pertanian Al-Zaytun.
Ajakan itu tentu saja disambut hangat warga dengan suara koor raksasa berbunyikan “setuju...“. Dengan mendirikan waduk, kata Imam, lahan sawah akan terpelihara subur, tak pernah kekurangan air, dan masa tanam tak perlu terganggu. Ia menjelaskan, Al-Zaytun akan menyiapkan alat-alat berat untuk membangun waduk dibantu warga yang memegang cangkul.
Setiap RT akan mendata mana lahan yang bisa dijadikan wadukan. Warga yang tak punya lahan untuk dijadikan wadukan bisa memintanya ke pemerintah, atau Perhutani untuk dijadikan waduk. Atau tanah-tanah warga yang terletak di pinggir kali, di sepanjang Sungai Cibanoang, bisa diserahkan dulu ke Al-Zaytun untuk diperlebar dijadikan waduk. Baru kemudian nanti dimintakan penggantiannya dengan tanah di lokasi lain.
Menjelang 1 Muharram 1428H itu bumi Indramayu memang masih kekeringan. Tanah-tanah sawah masih garing dan terlihat pecah-pecah. Hujan masih enggan turun membasahi sawah. Maka itu Abdul Halim sangat bersuka-cita sekali tatkala mulai menyampaikan pidatonya hujan sudah turun.
“Alhamdullillah pada mala hari ini kita berdoa bersama untuk kesejahteraan kita. Dengan doa bersama alhamdullillah hujan turun. Jadi, kalau yang belum sempat tanam padi, karena menunggu hujan, pulang nanti bawa boboko lalu besok kita bawa bekal ke sawah untuk tanam padi,“ kata Halim mengawali pidatonya.
Abdul Halim membeberkan argumentasinya secara cerdas namun sederhana sehingga masyarakat tertarik mengembalikan dan memelihara kesuburan tanah. Ia memaparkan soal pertanian dalam bahasa keseharian sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat awam.
Kata Halim, dengan menanam padi bisa dihasilkan empat ton dalam satu hektar. Padi yang empat ton itu sebelumnya memperoleh makanan dari sari pati tanah. Karena itu, tanah, kalau tidak dikasih makan pasti tidak akan bisa menghasilkan hingga empat ton padi.
“Coba bayangkan kalau setiap tahun tanah kita tanami padi, jagung, atau kacang tetapi kita tidak mau kasih tanah makan. Lama-lama rusak tanah kita. Ayo, lama-lama hasilnya makin tinggi atau makin rendah,“ tanya Halim.
“Coba kalau kita mengambil hasil terus dari tanah, tanahnya tanpa pernah kita kasih makan sakit tidak itu tanah. Pasti akan sakit. Ingat itu, kita ambil empat ton dan tidak pernah kasih makan tanah. Harusnya tanah juga kita kasih makan empat ton, supaya nanti kita bisa ambil lima ton. Supaya tanahnya subur perlu tidak kita bersodaqoh ke tanah?“, Abdul Halim bertanya ke Audiens.
Halim menandaskan, supaya buminya memberikan hasil yang banyak, kita perlu yang namanya sodaqoh bumi. Sebagaimana Syaykh mengajak cara bersodaqoh, bagi petani sehabis panen jeraminya jangan dibakar tetapi dipendam ke dalam tanah. Maka jerami itu akan menjadi kompos dan menyuburkan tanah.
Tetapi yang lebih hebat sebab lebih subur hasilnya, adalah menanam kacang hijau dan menyebarnya ke seluruh tanah. Kira-kira saat mau berbuah atau panen, hancurkan pohon kacang hijau, jangan dipanen, tetapi biarkan dimakan bumi. “Maka, bumi kita akan makan daun, kacang hijau, jerami, dan semuanya bersatu dengan bumi lalu besok tanam padi dan akan menghasilkan yang berlipat. Dan itulah yang disebut bersodakoh bumi,“ kata Halim.
Tanggapan Warga
Seorang warga bernama Abdul Aziz kepada majalah Berita Indonesia menanggapi positif rencana Al-Zaytun fokus kepada dua program tahun ini. Ia menyebutkan, semula, di lingkungan Al-Zaytun banyak sekali warga yang masih awam di bidang pendidikan khususnya keagamaan. Mereka sama sekali tak mengerti hukum agama.
Aziz yang sudah bermukim di Desa Rancagangga sejak tahun 1993, itu melihat kehadiran Al-Zaytun telah memberikan banyak warna. Aziz yang sejak tahun 1983 berprofesi sebagai guru SD bidang agama, berharap agar masyarakat lingkungan Rancagangga bisa lebih mengerti soal hukum agama termasuk bacaan-bacaan Al-Quran.
“Dengan adanya Al-Zaytun memang respon masyarakat itu bagus. Tapi belum bisa diresapi masyarakat yang awam, itu saja,“ harap Aziz. Aziz mengatakan kebanyakan warga Rancgangga hidup bertani. Cara bertaninyapun hanya mengharapkan hujan dari langit. Saat musim kemarau selalu kekurangan air, banyak tanah nganggur. Padahal mereka rata-rata ekonomi lemah. Karena itu, Aziz sangat bersyukur bila Al-Zaytun membangun waduk-waduk.
“Kalau memang ada harapan begitu, kami dari Rancagangga lebih dari bersyukur dan sangat menerima. Bahkan, berdoa mudah-mudahan rencana ini bisa berjalan lancar,“ kata Aziz, yang sudah dua periode mengkhatamkan Al-Qu’an bagi anak-anak di Mushola Al-Barokah yang didirikannya di Rancagangga.
Kepala Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), Desa Mekar Jaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu Asmin JB melihat dari sisi keberhasilan Al-Zaytun mengangkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang pendidikan.
Asmin mengatakan keberadaan Al-Zaytun telah berhasil menaikkan rangking IPM Indramayu, dari yang terbawah menjadi urutan keenam untuk tingkat Jawa Barat. “Menurut saya semuanya ini disudutkan ke masalah pendidikan,“ kata Asmin, menyebut sektor pendidikan telah mengangkat pamor Indramayu naik di tingkat provinsi.
Asmin juga sangat setuju rencana Al-Zaytun untuk fokus ke dua hal, pembangunan ekonomi pertanian dan pendidikan luar sekolah. “Mudah-mudahan dengan rencana tadi terangkat semuanya. Biar bagaimanapun harus dimulai dari pendidikan. Kalau tidak ditempuh dengan pendidikan rada susah ini,“ cetus Asmin.
Asmin mengatakan pada tahun 2000 sekitar 40 persen warganya masih buta aksara. Tetapi sekarang sudah tinggal sekitar 10 persen, atau paling banter 15 persen saja, itupun umurnya sudah 50-60 tahun.
Sebagai Kepala PMD Desa Mekar Jaya Asmin bertugas merancang sekaligus melaksanakan pembangunan desa. Termasuk mengangkat potensi ekonomi daerah, misalnya tentang pola pertanian yang baik atau mencari bahan galian – C.
Tugasnya diistilahkan “mencetak“ uang desa. Itulah sebabnya Asmin sangat setuju sekali Al-Zaytun mengajak masyarakat bergerak membenahi lahan ekonomi pertanian dan memajukan pendidikan masyarakat sekitar.
(Sumber :Lentera - Majalah Berita Indonesia – Edisi 33/2007)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home