Thursday, April 05, 2007

Al-Zaytun Gerakkan Peternakan Sapi Perah

Kampus Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan terpadu yang menjadikan pendidikan sebagai gula dan ekonomi sebagai semut, semakin concern menggerakkan peternakan sapi perah. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang menjadi Ketua Umum Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI) Daerah Jawa Barat.

Impian pendidikan terpadu mengilhami para eksponen Yayasan Pesantren Indonesia (YPI), selaku pengelola Kampus Al-Zaytun untuk mempersiapkan segala sarana dan prasarana di bidang pendidikan sekaligus pula di bidang ekonominya.

Kampus Al-Zaytun memang didesain sebagai pusat pendidikan sekaigus pusat ekonomi pertanian rakyat. Sebagai pusat ekonomi pertanian dalam arti luas, Kampus Al-Zaytun mempersiapkan lahan seluas 1.200 hektar untuk menjalankan konsep integrated farming.

Pembangunan Proyek Waduk Windu Kencana, yang mampu menampung air di musim hujan sehingga tidak perlu terjadi banjir, tetapi sekaligus mampu pula menyediakan air persawahan di saat musim kemarau, merupakan salah satu wujud dari tekad besar Al-Zaytun menuju integrated farming.

Kampus Al-Zaytun memulakan operasional pendidikan pada tanggal 1 Juli 1999, dan tak lama berselang tepat pada tanggal 27 Agustus 1999 diresmikan oleh Presiden Prof. Baharuddin Jusuf Habibie.

Ketika diresmikan jumlah peserta didik baru sebanyak 1.456 pelajar ditambah tenaga didik 135 orang. Memasuki sewindu usianya, Al-Zaytun sudah dihuni oleh siswa, mahasiswa, guru, dan karyawan sebanyak 13.579 orang yang tinggal menetap dalam Kampus. Jumlah ini masih di luar mahasiswa Universitas Terbuka (UT) sebanyak 5.203 orang, yang tinggal di luar tetapi datang ke kampus pada saat pelaksanaan tutorial khusus dan ujian semester.

Dengan sejumlah kebesaran yang dimiliki tak mengherankan apabila Al-Zaytun sebagai pusat pendidikan terpadu, dinilai dan diapresiasikan oleh Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Depdiknas Ace Suryadi sudah berkelas internasional.
Melantik APSPI Jawa Barat

Pembangunan sebuah kawasan peternakan sapi adalah salah satu bagian integral dari konsep integrated farming yang turut dikembangkan Kampus Al-Zaytun sedari awalnya. Hal ini dimaksudkan pula untuk memenuhi konsumsi daging, di mana Kampus Al-Zaytun rata-rata membutuhkan seekor sapi setiap hari.

Pengembangan peternakan sapi Al-Zaytun memanfaatkan teknologi termutakhir. Al-Zaytun tak henti-hentinya melakukan penelitian dan pengembangan di bidang peternakan sapi untuk mendapatkan mutu sapi yang terbaik.

Pelaksanaan inseminasi buatan (IB) misalnya, merupakan sistem perkawinan yang sudah sangat mudah dan murah diterapkan di Al-Zaytun, untuk menghemat biaya pemeliharaan sapi pejantan (Pemacek) dan dapat menghindari penurunan mutu genetik serta penularan penyakit kelamin.

Teknologi peternakan sapi yang paling banyak dikembangkan oleh Al-Zaytun adalah transfer embrio (TE). Sebab, teknologi ini sangat efektif untuk mempercepat populasi sapi perah berkualitas tinggi, dan perbaikan performa ternak (deploid). Dengan tranfer embrio dari seekor induk yang mempunyai mutu genetik tinggi, akan dapat diperoleh 15-20 ekor pedet atau anak sapi dalam setahun.

Dengan transfer embrio, dalam waktu lima tahun jumlah anak keturunan dan jumlah produksi susu akan meningkat empat kali lebih tinggi dibandingkan inseminasi buatan. Saat ini Al-Zaytun baru memiliki seribu ekor lebih sapi, diternakkan sebagai sapi potong dan sapi perah.

Kepedulian Al-Zaytun mengembangkan peternakan sapi dengan memanfaatkan teknologi paling mutakhir, memperoleh apresiasi yang tinggi pula dari berbagai kalangan. Terbuktilah saat berlangsungnya deklarasi pendirian Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (ASPI), di Kota Solo, Surakarta, Jawa Tengah, Senen 26 Pebruari 2007.

Di situ, Syaykh Al-Zaytun AS Panji Gumilang didaulat (diminta kesediaannya) untuk memimpin sebagai Ketua Pengurus Daerah (Pengda) APSPI Provinsi Jawa Barat.

Sebelumnya di tingkat pusat sudah terpilih sebagai Ketua Umum PP APSPI Haji Masngut Imam Santoso, seorang peternak sapi perah asal Blitar, Jawa Timur.

Untuk menjalankan roda organisasi, pada hari Minggu 25 Maret 2007 Ketua Umum APSPI Masngut Imam Santoso melantik pengurus lengkap APSPI Jawa Barat. Di sinilah Syaykh menghimpun seluruh kekuatan peternak dari berbagai daerah Jawa Barat, Khususnya Indramayu. (lihat Struktur Pengurus APSPI Daerah Jawa Barat).

Pelantikan pengurus selain dimaksudkan sebagai konsolidasi organisasi, juga untuk menajamkan visi untuk maju ke arah peningkatan populasi ternak di seluruh wilayah Jawa Barat.

APSPI, menurut Syaykh Panji Gumilang akan menghimpun seluruh peternak, demikian pula gabungan-gabungan peternak yang sudah lebih dahulu ada di Jawa Barat untuk dapat bekerja sama.

“Untuk itu mari kita tingkatkan populasi ternak dan jumlah peternak ASPI Jawa Barat ini. Kalau itu menjadi program, saya rasa itu program yang mahmud (terpuji),“ Syaykh mengajak segenap jajaran pengurus yang baru dilantik.

Menurut Syaykh, program APSPI Jawa Barat selanjutnya adalah peningkatan kualitas ternak dan produksi. “Kita, bila beternak dengan kualitas ternak yang tidak memadai hanya akan menghabis-habiskan dana untuk sesuatu yang tidak perlu. Maka kualitas sangat diperlukan. Di sinilah letak organisasi kita untuk bergerak dan masuk ke dalam peningkatan kualitas ternak dan produksi. Kita punya ternak, kita punya produksi, kita masuk lagi menciptakan pasar. Setelah tercipta pasar kita menciptakan lagi kecenderungannya, yaitu kecenderungan pasar terhadap produk peternak APSPI itu,“ ucap Syaykh.

“Sekali kita masuk ke Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia (APSPI), maka kita harus mengajurkan apa yang dinamakan commercial oriented. Sehingga, apa yang dilakukan oleh peternak-peternak di bawah naungan APSPI, mempunyai margin (keuntungan) yang more (lebih), yang banyak menguntungkan. Maka 3 M harus dilakukan, yaitu more market, more market share, serta more margin,“ katanya.

Menurut Syaykh, kesejahteraan peternak sapi perah yang tergabung dalam APSPI hanya dapat diraih apabila ternaknya bagus, produksinya bagus, kualitasnya bagus, dan marginnya sudah banyak.

Dikatakan kesejahteraan peternak tidak tergantung kepada kebijakan pemerintah saja. “Kalau kita masih menggantungkan diri kepada pemerintah saja, maka asosiasi ini tidak punya makna apa-apa. Maka kita harus membangkitkan peternak itu sendiri, supaya mengerti bahwa beternak adalah menguntungkan,“ kata Syaykh.

“Mau memberi kredit, kita terima. Tidak memberi, kita minta,“ tambahnya. “Kita jangan mengharap. Kalau mengharap, bias kecewa. Kalau sudah kecewa, banyak perbuatan irasional yang akan tumbuh karena kekecewaan itu. Maka jangan pernah kecewa terhadap siapapun termasuk kepada pemerintah. Jangan kecewa sebab kalau kecewa bendera kita akan robek,“ pesan Syaykh.

Syaykh menyebutkan kesejahteraan anggota adalah ujung perjuangan asosiasi dan yang memperjuangkannya adalah anggotannya sendiri, bukan oleh orang lain. Sebab, tatkala kesejahteraan itu diperjuangkan oleh orang lain, maka segenap anggota menjadi orang yang ditentukan, bukan lagi yang menentukan. Di sinilah kemandirian organisasi memiliki makna yang sangat terhormat.

“Mandiri bukan berarti independen an sich, karena di dunia ini tidak ada yang mampu independen. Kita, yang dituntut adalah interdependen, yang saling bergantung kepada kehidupan yang ada ini. Kepada pemerintah jangan terlalu menggantungkan diri sehingga dependen, tapi juga jangan tidak perlu sebab itu juga tidak bagus. Tapi interdependen, kita memerlukan dan diperlukan,“ kata Syaykh.

Ada tiga syarat kesanggupan yang dimintakan Syaykh kepada seluruh seluruh anggota pengurus yang dilantik Ketua Umum PP APSPI Haji Masngut Imam Santoso dan disaksikan para pakar peternakan antara lain Ir Don P Utoyo, Prof Dr Pallawaruka, Guru Besar IPB, dan Dr Chalid Talib, Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Puslitbang Peternakan, Deptan.

Yaitu, pertama, sanggup untuk duduk sebagai pengurus APSPI Jawa Barat; Kedua, sanggup untuk mendahulukan kepentingan peternak yakni kesejahteraan peternak dari yang lain-lainnya; dan ketiga, dalam mengemban tugas nantinya, tatkala keadaan pasang surut sanggup untuk tidak bertindak korupsi. Dengan suara serentak seluruh pengurus lantas menjawab “sanggup“.

Selain itu, untuk menjalankan roda organisasi yang mandiri Syaykh memintakan pula kesanggupan para anggota untuk memodali organisasi.

Sejumlah nama yang ditanyakan kesanggupannya berkenan menyumbangkan, mulai setara 100 liter susu hingga seribu liter. Bahkan Ketua Umum APSPI, Haji Masngut Imam Santoso turut berkenan memberikan sumbangan modal sebesar Rp 10 juta.
(Sumber :Lentera - Majalah Berita Indonesia – Edisi 35/2007)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home